Halaman:Kalimantan.pdf/359

Halaman ini tervalidasi

Tarian-tarian ini amat menarik perhatian, karena halus dan indahnja, tidak kalah dengan dansa dan sebagainja. Kalau ingin melihatnja, perhatikan sadja tari-tarian jang terdapat dalam pilem Malaya. Sedang djoget tidak ubahnja dengan sematjam „Lenong" Djakarta. Hanja bedanja djoget agak lebih sopan, djika dibandingkan dengan lenong.

Demikian pula dengan Mak Jung, suatu tarian jang tidak membosankan, jang dilakukan sepandjang malam, biasanja untuk ,,Mendjaga pengantin". Sudah tentu semua tarian dan tandak itu disertai dengan njanjian jang merdu dan penuh gairat, membangkitkan nafsu bertjinta-tjintaan antara budjang dan gadis.

,,Berkilah" atau pesta wanita hanja dapat dilakukan dengan sembunji dan jang hadir umumnja kaum wanita sadja. Lelaki dilarang keras. Dan disinilah orang akan melihat betapa indahnja seni mereka, baik jang dipertundjukkan dengan gerak badan maupun dengan suara, jang umumnja menjindir kepada kaum pemuda untuk segera ,,Berumah tangga". Tetapi karena dalam ,, Perkilahan" itu anak-anak muda tidak dibolehkan menjaksikannja, maka sindiransindiran wanita itu lepas demikian sadja , tidak berbalas. Sekalipun demikian sindiran itu sampai djuga kepada pemuda jang dihadjati, karena dibawa angin lalu , dan achirnja sampai kepada pihak orang tua mereka masing-masing, dan sedjak itu pulalah ikatan djandji diikrarkan . Ketjuali seni jang demikian ini ada djuga sematjam seni suara jang dilakukan dengan kasidah dan tederus, atau mengadji kur'an. Sematjam tarian jang amat lazim diadakan ialah djuga „ Berdjepin” dan „ Beredad" jang dilakukan dengan beramai-ramai, dengan disertai oleh usara gambus dan hitar. Pakaian mereka „ Teluk belanga ”, tjelana putih sutera dengan badju kurung pakai kain lunggi, jang banjak kedapatan pada orang-orang di Semenandjung Melaju dan Djohor.

Kesenian jang demikian ini adalah kesenian rakjat , dan bukan kesenian dari kalangan radja- radja, karena radja-radja sendiri mempunjai kesenian sendiri jang tidak djauh bedanja dengan kesenian Djawa atau Sunda, tetapi kesenian ini tidak dapat meluas dikalangan rakjat, terutama karena bahasanja dan belandjanja jang besar. Oleh karena itu kesenian ini hanja terbatas dikalangan kaum bangsawan sadja.

Kesenian rakjat, seperti tandak dan djoget tidak dapat dilepaskan dari kedatangan orang-orang Melaju dari Semenandjung dan Malaya, karena hampir suku-suku Melaju jang terdapat di Kalimantan Barat menurut pengetahuan asal usulnja dari daerah Malaya, baik tentang adat istiadatnja maupun bahasa daerahnja. Tarian „,Ronggeng" djuga amat digemari oleh masjarakat Kalimantan Barat, terutama oleh wanita-wanita Pontianak jang sengadja mempeladjari tarian itu. Setiap ada keramaian, maka ketiga tarian, tandak, Mak Jung dan ronggeng mendjadi suatu matjam gelanggang antara muda-mudi untuk menari jang diiringi oleh irama lagu gambus, ketipung dan biola disertai njanjian pantun atau sjair.

Biasanja penari-penari wanita memakai selendang atau saputangan dan kalau ada diantara penonton jang menaruh keinginan untuk menemaninja menari, maka ia terlebih dahulu melemparkan saputangannja sendiri. Ketika ditanja oleh penari itu siapa jang melemparkan saputangan itu, maka seseorang masuk gelanggang dan menarilah mereka. Ada pula diantara penonton jang hanja minta dinjanjikan dibawa ketempat jang agak remang-remang. Mungkin karena masih segan untuk melakukan tarian bersama.

355