Halaman:Kalimantan.pdf/365

Halaman ini tervalidasi

 Dalam tahun 1626 bangsa Deen dan bangsa Belanda selalu datang ke Bandjarmasin untuk membeli lada, sedang pada tahun 1628 ada pula kapal jang dikirim oleh bangsa Belanda ke Kotawaringin untuk membeli beras, dan semendjak tahun 1628 perhubungan dagang antara Bandjarmasin dan Djawa nampak bertambah baik dan tetap. Tetapi pada tahun 1630 kota Bandjarmasin dibakar oleh rakjat sendiri karena mereka merasa tidak senang dengan adanja kelakuan-kelakuan bangsa Belanda dikota tersebut jang diantaranja ada jang menjakitkan hati.

 Pada tahun 1633 kota Bandjarmasin dapat dibangunkan kembali sesudah orangorang Belanda banjak jang lari ke Djakarta dan semendjak itu suasana ada sedikit baik dan tenteram, tetapi dibalik itu ada pula antjaman dari Sunan Demak jang akan menghantjurkan keradjaan Bandjarmasin karena Sultan Rachmatullah tidak memperhatikan pembajaran upetinja. Tetapi sebelum terdjadi peristiwa tersebut, Sultan Rachmatullah meminta bantuan kepada Kompeni Belanda, untuk mempertahankan daerahnja dari serangan tentara Sultan Demak. Belanda jang melihat tidak ada keuntungannja, maka permintaan Sultan Rachmatullah itu ditolaknja.

 Keadaan pelabuhan Bandjarmasin sangat ramai dan penuh dengan kapal-kapal bangsa Asing jang melakukan djual-beli perdagangan. Soal lada dan hasil bumi sangat mendjadi perhatian para pedagang bangsa Asing jang sebagian terdiri dari bangsa Inggeris, Portugis dan bangsa Deen, sedang pihak Belanda hampir tidak ada.

 Rupanja telah mendjadi tabiat atau memang sudah mendjadi adat kebiasaan bangsa Belanda jang selalu iri-hati dalam persaingan dagang jang banjak menderita kekalahan, tiba-tiba dalam tahun 1634 Kompeni Belanda mengirim 6 buah kapal perang ke Bandjarmasin dibawah pimpinan Gysbert van Lodensteyn jang kemudian ditambah lagi dengan beberapa buah kapal dibawah pimpinan Antonie Seep dan Steven Berent untuk memusnahkan semua kapal dagang asing jang berada dipelabuhan Bandjarmasin. Dan setelah berhasil pekerdjaannja itu, lalu mereka mengadakan perdjandjian dagang langsung dengan Sultan Rachmatullah jang ditandatangani pada tahun 1635, dengan ketentuan bahwa pendjualan lada dan lain -lain hasil bumi hanja dapat dilakukan kepada Kompeni Belanda.

 Setelah perdjandjian dagang tersebut selesai dibikin, maka dalam tahun 1636 Kompeni Belanda mendirikan sebuah kantor dagang dikota Bandjarmasin dibawah pimpinan Wollebrant Geleynsen. Dengan adanja kantor dagang bangsa Belanda itu, keadaan penghidupan rakjat sangat tertekan, hasil buminja selalu diikat dan harus didjual kepada Belanda dengan harga jang ditentukannja sendiri, sedangkan kalau kedapatan mendjual kepada orang lain, diantjam hukuman berat.

 Keadaan jang sematjam itu tidak dapat dirasakan oleh rakjat dengan hati sabar, achirnja dalam tahun 1638 terbitlah kemarahan rakjat terhadap perbuatanperbuatan Belanda itu, sehingga timbul suatu pemberontakan jang membakar semua harta-benda Belanda bahkan dua buah kapalnja jang berada di Kotawaringin dibakar dan dihantjurkan serta orang-orangnja semua dibunuh. Dalam pembunuhan ini terdapat sebanjak 64 orang Belanda jang mati dan diantaranja terdapat 24 orang bangsa Djepang.

361