Halaman:Kalimantan.pdf/370

Halaman ini tervalidasi

orang Bugis. Pangeran Nata alias Sultan Tamdjidillah III mendengar adanja serangan jang tiba-tiba itu sangat takut, lalu minta bantuan kepada kompeni Belanda. Oleh Residen Walbeck, seorang Residen jang mula-mula mengurus kantor dagang, lalu mengirimkan bala bantuannja jang berupa beberapa ratus serdadu lengkap dengan sendjatanja dibawah pimpinan Kapten Christoffel Hofman untuk menghalaukan balatentera Amir tersebut, jang achirnja dalam peperangan ini Pangeran Amir dapat ditangkap dan dibuang ke Ceylon, sedangkan tenteranja banjak jang mati dan melarikan diri. Dengan dibuangnja Pangeran Amir ke Ceylon itu menjebabkan adanja turunan bangsa Indonesia berada di Ceylon hingga saat ini.

Setelah peperangan dengan Amir sudah selesai, jaitu dalam tahun 1787 bagi kompeni Belanda merasa mendapat suatu kesempatan jang baik, ialah karena djasa-djasanja dalam hal menolong Sultan Tamdjidillah III , lalu kompeni Belanda mengadakan tuntutan pembalasan budinja dengan mengadakan perdjandjian baru.

Dalam perdjandjian baru ini diantaranja Sultan diharuskan menjerahkan tanah keradjaannja kepada kompeni Belanda dan sebagian akan diberikan kembali sebagai pindjaman. Adapun jang tetap mendjadi milik kompeni Belanda ialah di Tanah Bumbu, Pegatan, Kutai, Berau, Bolongan dan Kotawaringin.

Dalam tahun 1790 hingga tahun 1792 satu kompeni Belanda dibawah pimpinan F. J. Hartman berlajar keudik-udik untuk memeriksa Martapura, Negara dan Barito hingga sampai ke Muara Teweh, tetapi sesampainja dikampung Mentalat rombongan tadi diserang oleh penduduk.

Selandjutnja pada tahun 1797 perhubungan antara Sultan Tamdjidillah III dengan kompeni Belanda tampak agak renggang, karena adanja tuntutan kompeni Belanda untuk menjerahkan tanah keradjaan kepada mereka. Dalam perundinganperundingan jang diadakan, achirnja semua tanah keradjaan jang diambil oleh kompeni Belanda diserahkan kembali kepada Sultan jang sifatnja hanja dipindjamkan sadja.

Beberapa tahun kemudian pengiriman lada jang dilakukan oleh Sultan agak kurang, sehingga Belanda di Djakarta mengirimkan orang -orangnja lagi ke Bandjarmasin untuk mengadakan perdjandjian dagang baru dengan Sultan, tetapi perundingannja itu tidak membawa hasil jang memuaskan, lalu pada tahun 1805. kompeni Belanda mempunjai niatan untuk meninggalkan Bandjarmasin.

Dalam tahun 1808 Sultan Tamdjidillah III meninggal dunia dan diganti oleh puteranja sendiri jang bernama Sultan Sulaiman, dan 1 tahun sesudah pelantikan Sultan Sulaiman, maka atas putusan Daendels di Djakarta supaja kompeni Belanda harus meninggalkan Bandjarmasin karena perdagangan jang dilakukan antara Sultan dan Kompeni selalu mendapat kerugian. Achirnja pada tahun 1809 tanggal 29 Mei kompeni Belanda berangkat meninggalkan Bandjarmasin, sedangkan benteng-bentengnja jang berada di Tatas dan Tabaniau diserahkan kepada Sultan jang ditukarkan dengan intan.

Setelah kompeni Belanda meninggalkan Bandjarmasin, kemudian antara tahun 1810 dan 1811 datang seorang bangsa Inggeris jang bernama Alexander Hare ke Bandjarmasin dan meminta kepada Sultan sebuah tanah jang didjadikan miliknja jaitu jang melingkungi Maluka, Liang Anggang, Kurau dan Pulau Lamai dan sedjak permintaan itu dikabulkan, maka pada tahun 1811 bangsa Inggeris mulai tetap tinggal di Bandjarmasin.

366