Halaman:Kalimantan.pdf/382

Halaman ini tervalidasi

Oleh karena keadaan semakin genting. maka pada tanggal 25 Djuni 1859 Sultan Tamdjidillah diturunkan dari keradjaannja, jang sebaliknja Sultan Tamdjidillah sendiri menjerahkan keradjaannja kepada Belanda. Achirnja pada tanggal 16 Djuli 1859 dikirim ke Djawa untuk diasingkan dan sementara Sultan jang baru masih belum ada, maka keradjaan Bandjarmasin diserahkan urusannja kepada para komisi jang terdiri dari Pangeran Suria Mataram dan Pangeran Muhd, Tambak Anjar sedangkan Kolonel Andressen mengharap agar Pangeran Hidajat diangkat untuk mendjadi Sultan, supaja keamanan dan kesentausaan keradjaan Bandjarmasin pulih kembali.

Pasukan Penembahan Aling dengan puteranja jang bergelar Sultan Kuning achirnja mendjadi lemah dan kurang pengikutnja, karena Pangeran Hidajat jang mendjadi pokok pangkalnja pemberontakan itu bersahabat dengan Belanda, Pasukan Penembahan Aling tidak lagi berpusat di Martapura tetapi Jalu terpentjar kemana-mana.

Selandjutnja antara bulan Djuni dan Djuli, pasukan Temenggung Suropati dan Djalil jang selama itu menguasai Pulau Petak, dapat direbut kembali oleh serdadu angkatan laut dan darat jang dipimpin oleh pembekal Suling jang sangat setia kepada kolonel Andressen.

Pada tanggal 30 Djuli 1859 tiba-tiba terdjadi serangan jang agak hebat dari rakjat di Martapura, jaitu ketika serdadu-serdadu Belanda sedang diperiksa persendjataannja, lalu diserang oleh takjat bersama-sama dengan pengikut Pangeran Antasari.

Dijalanan-djalanan bagian Martapura, Mataraman dan Pengaron diduduki oleh serdadu Belanda. Pertempuran-pertempuran jang sengit terdjadi dimana-mana utamanja didekat Gunung Sawak dan Banju Irang antara serdadu Belanda dengan pasukan Kiai Demang Lehman, jaitu seorang pengikut Pangeran Hidajat jang setia.

Pada tanggal 26 Agustus 1859 ketika Kol. Andressen mengirimkan serdadunja ke Tabaniau untuk merebut benteng Tabaniau, tiba-tiba penduduk kampung Kuwin menjerang benteng Belanda di Mantuil dan Bandjarmasin, tetapi kepala pasukan penduduk Kuwin tersebut dapat ditangkap oleh Hoofd-djaksa P. Suria Winata. Demikian djuga benteng Tabaniau dapat dirampas kembali oleh serdadu Belanda, sedang pasukao Kiai Demang Lehman jang dibantu oleh Hadji Bajasin mengundurkan diri ke Tanah Laut. Sesudah itu dalam bulan Agustus dan September 1859, Kol. Andressen tidak lagi mengadakan serangan-serangan tetapi memakai siasat menunggu, karena suasana di Bandjarmasin dan Martapura telah agak reda kembali, Pertempuran-pertempuran hanja berpusat disekitar daerah Tanah Laut, Gunung Lawak dan Pulau Petak.

Pangeran Hidajat sendiri telah beberapa kali mengambil keputusan untuk pergi ke Bandjarmasin memenuhi permintaan Kol. Andressen tetapi selalu dibatalkan. karena disangsikan kalau-kalau nasibnja menemui nasib sebagai Perabu Anum. Berhubung dengan itu Kol. Andressen mengadakan pertemuan-pertemuan dengan Pangeran-pangeran dan Alim Ulama di Martapura, jang achirnja memutuskan untuk mengirim 20 orang utusan menghadap kepada Pangeran Hidajat untuk melaksanakan wasiat almarhum Sultan Adam dan menjerahkan keradjaan Bandjarmasin serta mengangkat Pangeran Hidajat sebagai Sultan. asalkan mau

378