Halaman:Kalimantan.pdf/384

Halaman ini tervalidasi

Peristiwa sematjam itu tidak dibiarkan sadja oleh pemerintah Belanda dan pada permulaan Pebruari 1860 dikirim lagi serdadu angkatan laut dan darat untuk membalas perbuatan Temenggung Suropati, sehingga benteng Suropati di Lahai dapat direbut Belanda. Bukan itu sadja, tetapi Belanda selalu tidak puas dan sebagai pembalasan dendamnja, maka semua kampung-kampung jang terdapat dipinggir sungai Barito dibakar habis-habisan.

Pada tanggal 5 Pebruari 1860 diumumkan, bahwa Pangeran Hidajat sebagai pemangku djabatan Mangkubumi telah tidak laku lagi , serta diumumkan pula bahwa segala kutuk-kutuk dan sumpah-sumpah dalam surat wasiat almarhum Sultan Adam tidak djuga berlaku. Selandjutnja pada hari itu djuga dikirim pula serdadu- serdadu Belanda dibawah pimpinan Major Verspyck jang dibantu oleh Kiai Adipati Danu Radja ke Negara dan Amuntai melalui Barito dan Negara untuk menjerang pasukan Djalil jang mendjadi musuh Adipati Danu Radja dan dengan demikian rakjat Amuntai banjak jang memberi pertolongan kepada Belanda , jang achirnja pasukan Djalil dapat dikalahkan , tetapi Djalil sendiri tidak tertangkap. Atas kemenangan itu Adipati Danu Radja diangkat mendjadi Kiai di Benua Lima.

Adapun serdadu-serdadu Belanda jang dikirim ke Padang Batung dan Munggu Tajuh untuk menjerang pasukan Kuning dan pasukan Pangeran Antaludin, dapat bertemu dengan jang ditjarinja. Pertempuran terdjadi dengan seru dan hebat, tetapi oleh karena dalam pertempuran tersebut Sultan Kuning dan Pangeran Antaludin gugur sebagai Kesuma-bangsa, maka pasukannja kutjar-katjir melarikan diri. Dan serdadu- serdadu Belanda jang dikirim ke Taal untuk merebut benteng Kiai Demang Lehman, dapat dihantjurkan oleh pasukan Kiai Demang Lehman.

Pada tanggal 7 Maret 1860 Nieuwenhuizen mengirimkan seputjuk surat kepada Pangeran Hidajat, agar dalam tempoh 12 hari ia harus sudah menjerahkan diri kepada pemerintah Belanda, dan kalau tidak maka dianggap sebagi musuh dan pemberontak.

Surat tersebut didjawab oleh Pangeran Hidajat dengan kata-kata jang bersahadja, tetapi tjukup djelas dan tegas, bahwa pemerintah Belanda boleh menganggap apa sadja terhadap dirinja, dan apabila ia telah mendjadi bangkai, akan menjerah.

Djawaban Pangeran Hidajat itu bukan sadja tidak menjenangkan pemerintah Belanda, bahkan djuga menggelisahkan . Dan semendjak itu dikirim beberapa ratus serdadu-serdadu Belanda kesegenap daerah, jaitu satu pasukan ke Margasari dan Kalumpang dan satu pasukan lagi ke Munggu Tajuh menudju Rantau untuk mengedjar pasukan Demang Lehman jang pada saat itu berada di Rantau. Benteng-benteng jang didirikan oleh Kiai Demang Lehman dapat dihantjurkan oleh serdadu-serdadu Belanda, tetapi daerah-daerah lain tetap mengadakan perlawanan hebat seperti di Kandangan, Barabai, Tandjung dan seluruh tanah Laut. Dibagian Tanah Dusun pasukan Temenggung Suropati mengamuk dengan hebatnja, tetapi serdadu - serdadu Belanda mendapat bantuan dari Suta Ono jang sangat setia kepada Belanda.

Pada tanggal 11 Djuni 1860 pemerintah Belanda mengumumkan jatuh dan hapusnja kerajaan Bandjarmasin dan bersamaan dengan pengumuman itu tak

380