Halaman:Kalimantan.pdf/405

Halaman ini tervalidasi

dalam pertempuran jang sengit ini, Pangeran Muda dapat terkepung dalam lingkungan musuh, sehingga menemui adjalnja, sesudah mempertahankan diri dengan keberanian jang luar biasa. Kemudian para pahlawan dan para Panglima terus mengundurkan diri masing -masing kedalam kubu pertahanan jang terletak disebelah Timur Daja dari kampung Pendawan jang ada sampai sekarang ini.

Dalam negeri mendjadi gempar dan kalut, pasukan-pasukan Inggeris bergerak terus madju ke Timur mengikuti sungai Sambas Ketjil hingga sampai kemuara Sungai Teberau. Disini dibakarnja sebuah kampung hingga angus mendjadi abu. Dari sini musuh itu bergerak pula madju kesebelah Barat Laut dan terus mengepung kubu pertahanan pasukan Sambas. Achirnja dalam awal tahun 1813, diatas kubu ini dinaikkan bendera putih sebagai tanda menjerah. Sampai sekarang masih kelihatan bekas -bekas kubu itu dan kampung jang dibakar musuh itu disebut kampung Angus. Kedjadian demikian ialah satu-satunja kedjadian jang luar biasa hebatnja selama negeri Sambas terkepung.

Kemudian masuklah komandan Inggeris itu kedalam kubu untuk mendjumpai Sultan, antara lain dalam pembitjaraannja, mereka ingin berkenalan dengan putera Mahkota Pangeran Anum jang namanja kenamaan gagah berani. Kemudian dinjatakan pula penjesalannja atas kedjadian peristiwa jang lampau, jang tidak diinginkannja, dan segala peristiwa itu akan diusulkannja dengan selekas mungkin kepada pemerintahannja di Djakarta. Setelah komandan itu berangkat pulang ke Djakarta, lalu Sultan memerintahkan kepada 4 orang Kiai dengan beberapa orang pengiringnja pergi ke Kuching untuk mendjemput Pangeran Anum sekeluarga , supaja ia dengan segera kembali ke Sambas.

Dari Inggeris ke Belanda.

Dua tahun berselang sedjak pertempuran dalam tahun 1815 sewaktu Sultan Abubakar Tadjuddin I mangkat, untuk menggantinja , maka dinobatkan Putera Mahkota, Pangeran Anum, mendjadi Sultan dengan gelaran Sultan Muhamad Ali Sjafiuddin. Berkenaan dengan penobatan tersebut dalam tahun 1815, maka datang sebuah kapal kepunjaan Inggeris bernama „Borneo“ ke Sambas, membawa surat resmi dari Pemerintah Tinggi di Djakarta dalam mana terlampir surat pengakuan, pengesahan dan pengangkatan Pangeran Anum sebagai Putera Mahkota.

Dalam pada itu disebut pula putera Mahkota jang mempunjai hak warisan Keradjaan Sambas turun-temurun. Tetapi ketika kapal „Borneo" hendak kembali, maka kapal itu telah melanggar batu hingga tenggelam. Kerangka kapal itu masih ada kelihatan dalam sungai Sebatu sampai sekarang. Berhubung dengan pertukaran pemerintahan antara Inggeris dengan Belanda dalam tahun 1816, jaitu Lt. G. G. Stanford Raffles, berpindah dari tanah Djawa ke Semenanjung Malaka digantikan oleh Pembesar Belanda, G.G. Pieter Both, dan oleh sebab itu dalam tahun 1819 Sultan Muhamad Ali Sjafiuddin itulah jang pertama sekali mengikat perdjandjian perdagangan dari hasil-hasil bumi kepada Gubernur Belanda.

Di Sambas oleh Gubernur Belanda didirikannja sebuah lodji, terletak pada sebuah tandjung jang menghubungkan pada sebuah pinggir sungai Sambas Ketjil

401


(685/B) 26