Halaman:Kalimantan.pdf/407

Halaman ini tervalidasi

karena itu dengan persetudjuan Wazir dan orang-orang besar keradjaan, meminta bantuan kepada Belanda. Dalam tahun 1851 datanglah ke Sambas beberapa pasukan tentara jang dipimpin oleh overste Zorg untuk menjerang dan mematahkan perlawanan dari kongsi-kongsi itu. Dalam penjerbuan untuk merebut benteng pertahanan dari Sam To Kiu di Pemangkat, maka overste Zorg gugur dan ditanam diatas Bukit Penibungan. Dalam tahun 1854 api pemberontakan itu makin meluas diseluruh negeri. Oleh sebab itu oleh Belanda didatangkan lagi pasukan pembelaan jang dipimpin oleh Luitenant Kolonel Andressen, jang berachir dengan kongsi-kongsi itu tidak berdaja lagi untuk meneruskan perlawanannja dan menjerah.

Sedjak dari peristiwa dan kekalahan kongsi-kongsi itulah, maka oleh Sultan bangsa Tionghoa jang berdiam didalam wilajah Keradjaan Sambas, diserahkan masuk mendjadi rakjat Hindia Belanda. Dalam tahun 1855 baginda Sultan Abubakar Tadjuddin II berangkat ke Djakarta, jang mendjadi wakil Sultan ialah Pangeran Ratu Mangku Negara, Raden Toko', jang disebut Sultan Umar Kamaluddin sudah mangkatnja disebut Marhum Seberang. Ringkas sadja, bahwa dalam tahun 1855 itu djuga Pangeran Adipati, Raden Sjafiuddin turut pergi bersama-sama dengan ajahnja serta keluarganja ke Djakarta, karena oleh Belanda ia diterima akan diberi pendidikan setjukupnja dalam ilmu pengetahuan jang chusus baginja, sebagai studie opdracht.

Di Djakarta ia menginap dirumahnja Pangeran Sjarif Abdulkadir, Djuru mendjabat tamu-tamu pemerintah, sedang ajahnja dan keluarganja tinggal menetap di Tjiandjur. Setelah beberapa tahun lamanja Pangeran Adipati di Djakarta, oleh Belanda ia dipindahkan kekabupaten Galuh, Tjiamis, diserahkan kepada Bupati Galuh, Raden Adipati Kusumadiningrat, untuk mendidik dalam ilmu pengetahuan pemerintahan. Disamping itu ia mempeladjari djuga bahasa, kebudajaan dan kesenian Sunda kepada seorang jang ahli tentang hal itu, ialah Mas Suma Sudibja, Djurutulis Bupati tersebut.

Dalam tahun 1861 Pangeran Adipati itu dipindahkan lagi ke Djakarta untuk menambah pengetahuan dan pengalamannja. Dengan besluit Belanda tertanggal 5 April 1861, ia dilantik mendjadi Sultan Muda. Kemudian pada tanggal 23 Djuli 1861, disediakan sebuah kapal perang „Ardjuna“ jang sepesial untuk mengantarkannja bersama-sama dengan ramanja Pangeran Temenggung Djaja Kusuma pulang ke Sambas. Oleh karena Pangeran Bendahara, dengan besluit tertanggal 6 Agustus 1866, ia digelar dan dinobatkan mendjadi Sultan Sambas, dengan gelaran Sultan Muhamad Sjafiuddin II. Dalam tahun 1879 ia dan keluarganja semua, akan dibawa kembali ke Sambas, jang sudah sekian lama tinggal diam dikampung Bondjong Maron daerah Tjiandjur.

Dalam tahun 1872 ia membangunkan sebuah sekolah partikelir dan sebuah mesdjid jang baru di Kota Sambas dengan ongkosnja sendiri. Atas initiatiefnja, maka dengan besluit tanggal 29 September 1903 di kota Sambas didirikan sebuah sekolah Bumiputera klas II. Dalam sekolah ini beberapa orang puteri dari keluarga Sultan jang pertama kali duduk dibangku sekolah, sebagai perintis djalan menuntut ilmu pengetahuan sekedarnja dan untuk membuka pintu bagi kaum wanita chususnja dan masjarakat Sambas. Selandjutnja pada tanggal 1 Desember 1910 didirikan sekolah Speciale School kemudian dalam tahun 1915

403