Halaman:Kalimantan.pdf/409

Halaman ini tervalidasi

Raden Abubakar Aria Diningrat. Sultan Muhamad Sjafiuddin II meninggal pada tanggal 12 September 1924.

Pada tanggal 9 Oktober 1926 karena lama menderita sakit Sultan Muhamad Ali Sjafiuddin II mangkat, dimakamkan ditanah kepunjaan sendiri terpisah dari makam-makam Radja-radja jang terlebih dahulu dari padanja. Menurut sepandjang adat jang berabad-abad hingga sekarang, dalam Keradjaan Sambas, maka sebelumnja djenazah seorang Sultan dimakamkan, terlebih dahulu untuk penggantinja dilantik, ketjuali buat penggantinja itu masih ketjil belum akil baliq, dengan pengertian, bahwa selama Sultan itu masih berdiri, maka putera Sultan djuga jang mendjadi Sultan menurut adat jang lazim - Patah tumbuh hilang berganti, tetapi sekali ini - Patah rebah hilang lenjap karena Djepang dengan kebuasannja membunuh seluruh radja-radja di Kalimantan Barat.

* * *

Keradjaan Pasir.

Pada zaman duhulu-kala sebelum didaerah Pasir mempunjai seorang radja, maka disebelah kampung dipedalaman - sekarang kampung Batu Botuk tinggal seorang tua bersama seorang isterinja jang oleh penduduk tidak diketahui dari mana asalnja atau namanja. Orang tua tersebut pekerdjaannja hanja berladang dan ada memelihara seekor kerbau putih. Kerbau putih itu dinamainja „Ukop” dan dipelihara dengan baik sebagai memelihara seorang anak lajaknja. Oleh tetangganja orang tua itu diberi nama Kakah Ukop artinja Nenek dari kerbau jang dipeliharanja nama Ukop . Pada waktu itu penduduk daerah Pasir pernah mendengar beberapa tjeritera tentang sesuatu negeri jang diperintahkan oleh seorang radja sangat makmur, baik serta aman negerinja.

Oleh sebab itu penduduk menghadjatkan benar supaja daerah Pasir djuga mempunjai seorang radja. Tetapi siapakah jang diangkat oleh mereka mendjadi radja, tidak dapat diketahuinja. Oleh sebab itu penduduk disekitar kampung, dimana Kakah Ukop tinggal lalu datang kepada Kakah Ukop membitjarakan maksud dan keinginan mereka supaja daerah Pasir bisa mempunjai seorang radja. Kakah Ukop sangat bersetudju dan mengandjurkan supaja bersama-sama mentjari seorang radja diluar daerah Pasir, umpamanja sadja berlajar sampai kepinggir langit dan minta bantuan kepada penduduk disana supaja diantara mereka suka memberikan seorang penduduk dari tepi langit untuk mendjadi radja di Pasir.

Setelah selesai perundingan, maka Kakah Ukop diutus mereka untuk mentjari radja tersebut. Kakah Ukop berkemas menjediakan alat pelajaran membuat perahu jang besar. Demikianlah pelajaran pertama dimulai oleh Kakah Ukop,

sesudah 3 tahun dalam perdjalanan, kembali ia kenegeri Pasir dengan tidak membawa hasil sedikit djuapun. Lantaran desakan dari penduduk untuk mentjari radja, maka perdjalanan Kakah Ukop dilangsungkan sampai 7 kali . Perdjalanan jang ketudjuh kali itu sampai kepinggir langit dan sempat bertemu dengan penduduk disana. Kakah Ukop mentjeriterakan maksud perdjalannja untuk mentjari seorang jang patut didjadikan radja didaerah Pasir. Kakah Ukop mendapat djawaban dari salah seorang penduduk dipinggir langit, bahwa orang jang

405