Halaman:Kalimantan.pdf/411

Halaman ini tervalidasi

Mendengar kabar itu timbul marahnja sebab disangkanja isterinja telah membuat perhubungan dengan laki -laki lain, sehingga mendapat seorang anak. Dengan hati jang marah ia mendapatkan isterinja dan hendak dibinasakannja, tetapi hal ini oleh tetangganja dapat ditjegah dan memberikannja keterangan jang sebenarnja jang terdjadi sepeninggalnja. Dengan adanja keterangan-keterangan itu maka Kakah Ukop ingat akan djandji orang jang dipinggir langit, sehingga masuk kepada akalnja bahwa boleh djadi anak inilah jang dimaksudkan oleh orang jang dipinggir langit jang akan mendjadi radja di Pasir. Kakah Ukop lalu injsaf dan sebaliknja turut bergirang dan turut menjajangi terhadap anak angkatnja itu. Sesudah itu teringat pula olehnja akan barang-barang jang dibawanja dari pinggir langit, dan lalu diserahkannja kepada Puteri Betung. Demikianlah Puteri Betung diangkat dan diakui penduduk Pasir sebagai radja dalam daerah Pasir. Setelah Puteri Betung dewasa, ia dikawinkan dengan radja dari daerah lain, tetapi tidak sedjodoh achirnja ia kawin dengan seorang radja dari tanah Djawa (Giri) , bernama Pangeran Indera Djaja , datang dengan kapal lajar dan sesudah perkawinan itu , maka batu jang dibawanja dari Giri lalu dibongkarnja, sehingga sekarang ini batu tersebut masih ada disimpan dikampung Pasir (Benua) jang dikenal oleh penduduk ,,Batu Indera Giri" dan dianggap sebagai ,,keramat".

Dari perkawinan dengan Indera Djaja ia mendapat seorang putera dan seorang puteri jang masing-masing bernama Adji Patih dan puteri Adji Meter. Adji Patih kemudian mendjadi radja menggantikan Puteri Betung. Puteri Adji Meterdikawinkan dengan seorang Arab keturunan Ba'alwi dari Mempawah - Kalimantan Barat - dan ia inilah jang menjebarkan Agama Islam didaerah Pasir, 300 tahun jang lampau. Dari perkawinan Puteri Adji Meter ini mereka beroleh 2 orang anak: Imam Mustafa dan Puteri Ratna Berana. Puteri Ratna Berana dikawinkan dengan Adji Anum anak Adji Patih. Dari sini selandjutnja menurunkan radja-radja Pasir jang achir.

Pada ketika itu pula Keradjaan Makassar mentjapai tingkatan kedjajaannja dibawah pimpinan Sultan Hasanuddin dan memperluas keradjaannja dengan. Banjak radja-radja dan keluarga menaklukan keradjaan Wadjo Bugis bangsawan jang tidak mau takluk pada Sultan Hasanuddin, melarikan diri dan berpindah ke Kalimantan Timur bersama-sama dengan rakjat jang setia padanja. Dalam perpindahan ini, tidak djarang menemui perselisihan dengan radja-radja di Kalimantan Timur jang mengakibatkan peperangan dan pertempuran, sebagai halnja di Keradjaan Kutai, dimana rombongan Bugis jang dipimpin oleh Daing Sitebba jang lebih dikenal dengan nama Pua Ado, menjerang kerajaan Kutai di Kutai Lama, jang membawa pertempuran sengit disatu tempat jang bernama Bungka-bungka jang mengakibatkan ibu-kota Keradjaan Kutai dipindahkan lebih djauh masuk sungai Mahakam, jakni Tenggarong sekarang.

Setelah peperangan berachir antara Kutai dan Bugis, maka oleh orang Bugis

dibentuk pemerintahan di Samarinda - Samarinda Seberang - dimana dipilih Pua Ado' sebagai kepala Pemerintahnja. Oleh karena pemerintahan Bugis tersebut hanja dikendalikan oleh orang -orang pendatang, jakni orang-orang Bugis dan tidak ada salah seorang Bangsawan Kutai, maka oleh orang Kutai menamakan ibukota pemerintahan Bugis itu Samarinda. jang berarti pemerintahan jang

407