Halaman:Kalimantan.pdf/413

Halaman ini tervalidasi

Akan tetapi Sultan Adji Mohamad Ali hanja sempat mendjadi Sultan dari seluruh Keradjaan Pasir selama satu tahun dan dengan tjerdik busuk dari Belanda memfitnah Sultan Adji Mohamad Ali , mengatakan bahwa Sultan tersebut telah merentjanakan pemberontakan terhadap Belanda . Demikianlah Sultan Adji Mohamad Ali sekeluarga dan sedjumlah pengikutnja pada tahun 1876 ditangkap dan diasingkan ke Bandjarmasin.

Sementara itu Belanda mentjoba memerintah langsung daerah Keradjaan Pasir akan tetapi ternjata tidak dapat, oleh karena dimana-mana timbul pemberontakan dan perlawanan terhadap Belanda, oleh sebab rakjat Pasir berpendapat haram diperintah oleh orang kafir atau bukan Islam. Setelah Belanda melihat keadaan jang demikian ini, lalu berusaha mendirikan Pemerintah guna mengatasi keadaan dengan mentjari salah seorang keluarga Radja jang dianggapnja mempunjai Demikianlah salah seorang keluarga Radja turunan Bugis jang mempunjai pengaruh besar lagi hartawan bernama Adji Medje diangkat dan dinobatkan mendjadi Sultan dari Keradjaan Pasir dengan gelar Sultan Ibrahim Chaliluddin .

Mengenai pengangkatan Sultan Ibrahim Chaliluddin mendapat reaksi dari sedjumlah keluarga bangsawan Pasir, oleh karena Sultan tersebut hanja turunan dari ibunja sedangkan ajahnja bukanlah seorang Sultan dan hanja salah seorang turunan bangsawan Bugis dari Sulawesi. Akan tetapi walaupun mendapat reaksi jang demikian namun berkat kebidjaksanaan Sultan itu , ditambah pula banjak pengikutnja orang-orang Bugis jang terkenal pemberani, segala reaksi jang menjulitkan dapat diatasinja.

Akan tetapi walaupun demikian, bagi pihak Belanda belum djuga merasa puas dengan Sultan jang baru itu dan tetap mempunjai keinginan untuk mendjadikan Keradjaan Pasir mendjadi daerah langsung jang diperintah oleh Belanda, apa pula sikap dan tjara Sultan tidak begitu mudah dipengaruhi dan diperalat Belanda, karena Sultan Ibrahim Chaliluddin mempunjai pengaruh besar dan fanatik pada agama Islam, maka Belanda dengan mempergunakan akal busuknja mengadu-dombakan kalangan anak-anak bangsawan Pasir, sehingga timbul seakan-akan hendak terdjadi perebutan kekuasaan. Keadaan jang demikian ini dipergunakan Belanda seakan-akan mempertundjukkan sikap dan budi baiknja untuk mengatasi keadaan, dengan djalan membudjuk Sultan serta Bangsawanbangsawan lainnja untuk sementara waktu menjerahkan kekuasaannja pada Pemerintah Belanda dan sementara itu diberi pengganti kerugian kepada Sultan dan beberapa anak bangsawan lainnja sedjumlah f. 375.000, - ((tiga ratus tudjuh puluh lima ribu rupiah) , jang terdjadi pada tahun 1906 , dimana kemudian oleh pihak Belanda dikatakan, bahwa Keradjaan Pasir telah dibeli oleh Pemerintah Belanda .

Akan tetapi meskipun Sultan Ibrahim Chaliluddin telah turun dari tachtanja dan tidak memerintah lagi, namun pihak rakjat sendiri adalah masih tetap menganggapnja sebagai radja dan dihormati sebagaimana biasa. Demikianlah pada tahun 1914 waktu Sarikat Islam (S.I.) berdiri di Pasir, maka jang dipilih mendjadi Presiden ialah Sultan Ibrahim Chaliluddin sendiri sedangkan para pengurus lainnja sedjumlah besar terdiri dari bekas-bekas pembesar Keradjaan. Perlu pula ditjatat, bahwa sedjak Sultan Ibrahim Chaliluddin tidak memerintah lagi di Pasir, maka sedjak itu pula ibu negeri Pemerintahan Pasir berpindah dari Benua ke Tanah Gerogot.

409