Halaman:Kalimantan.pdf/415

Halaman ini tervalidasi

anak-anaknja jang bernama Maradja Mulawarman Naladewa jang mendirikan Keradjaan Kutai-Martapura. Sedang anaknja jang kedua mendjadi radja di Keradjaan Taruna Negara, namanja Maharadja Gunawarman. Anak jang paling bungsu , Maharadja Djajawarman mendjadi radja Kota Perak, Champa dan Kambodja. Keturunan Gunawarman jang mengendalikan Keradjaan Taruna Negara kemudian memakai nama Maharadja Purmawarman.

Sepandjang riwajat dalam Keradjaan Gunawarman banjak kedapatan sematjam daun jang berfaedah bagi obat-obatan dan dapat memberikan warna nila jang agak kelabu , jang lazim disebut Tarum. Tumbuh-tumbuhan itu sampai sekarang masih disebut dalam daerah Kutai, Tarum, karena banjaknja daun seperti itu, maka keradjaan itu diberi nama Taruma Negara . Barangkali sungai jang ada di Djawa-Barat sekarang ini, diambil dari Tarum itu, hingga mendjadi nama Tjitarum . Keturunan radja Kota Perak, menamakan dirinja serta keluarganja Maharadja Diradja Salendera.

Radja Mulawarman Naladewa jang mendirikan Keradjaan di Kutai Martapura disebut Mulawarman, dan hingga dewasa ini nama Kota itu tetap ada, hanja sebutannja sadja jang agak berubah jaitu Muara Kaman daerah Kalimantan Timur. Sedang nama ibu- negerinja disebut Martapura - Marta di Pura jang menurut sepandjang kisah mengandung „makna istana jang dapat mengawasi daerahnja tiap saat, istana pengharapan“.

Bekas-bekas peninggalan Keradjaan tersebut hingga kini masih terdapat, antaranja ialah tiang batu pemudjaan, jang menurut kata ahli jang sudah memeriksanja, huruf jang terdapat ditiang itu adalah huruf Pallawa, jang berasal dari daerah India Selatan Champa dan lain-lain jang umurnja kira 400 tahun.

Melihat kenjataan diatas , teranglah sudah , bahwa Keradjaan didirikan dalam abad kedua atau ketiga, karena Keradjaan ini hubungannja dengan Keradjaan Tiongkok, tetapi djuga para kok berdagang ke Martapura, membawa piring, mangkok, tembikar dan manik-manik.

Pernah pula kedapatan didaerah Muara Kaman sekarang ini tali kapal jang terpendam dalam tanah, perkakas kapal lajar dan petjahan tembikar, piring dan lain-lain jang semuanja berasal dari Tiongkok, jaitu peninggalan Keradjaan Tiongkok zaman purba. Demikian djuga masih terdapat tiang batu bekas pemudjaan, sebuah lesung dari batu jang senantiasa mendapat kundjungan ramai dari penduduk daerah sekitarnja, karena menganggap tempat itu, sebagai suatu tempat jang keramat, tempat mereka melepaskan kaul hadjatnja.

Pada ketika itu benda-benda perhiasan dan pakaian sutera didatangkan oleh saudagar Tionghoa, jang sampai sekarang mendjadi sebutan dalam dongeng, ketika puteri Indra Perwati Tungga Dewa turun mengasah gigi dengan upatjara memakai kain kuning sutera Tjina. Kebiasaan jang demikian ini terdapat djuga dalam suku Dajak didaerah Kalimantan Timur, dimana tempajan dan gutji - gutji tua dipandang keramat dan berharga dalam abad mereka sebagai sumpahan atau mas kawin waktu mereka kawin, dan tempat air jang dipandang sutji. Semua benda keramat itu mereka sebut ,, molo " , ialah benda-benda jang banjak terdapat dalam tjerita jang dibawa oleh saudagar-saudagar Tionghoa dizaman keluarga Maharadja Tang .

411