Halaman:Kenang-Kenangan Pada Panglima Besar Letnan Djenderal Soedirman.pdf/18

Halaman ini telah diuji baca

Hamka:

    DJENDERAL SOEDIRMAN ......
    adalah lambang dari kebangunan djiwa pahlawan Indonesia. Djiwanja tidak mau damai-damaian, runding-rundingan, tapi tjintanja kepada negara, banjak sekali meminta pengorbanan.


Seluruh Indonesia telah bangun memberontak mempertahankan Proklamasi jang diutjapkan oleh kedua pemimpin Soekarno-Hatta 17 Agustus 1945, Pemuda telah merambah rumpun bambu dan meruntjing udjungnja, sebagai sendjata jang pertama didalam mempertahankan proklamasi itu. Kemudian baru dapat mentjuri sedikit-sedikit atau banjak-banjak dari sendjata Djepang dan Gurka.

Bangsa Sekutu telah mengakui, bahwa Belandalah jang akan kembali berdaulat disini. Untuk mempertahankan pengakuan itu, Inggerislah jang masuk kemari, dengan kepala perangnja Djenderal Sir Philip Christisen. Ketika mulai masuk, setelah melihat semangat jang berkobar, dia mengatakan, bahwa dia tidaklah akan mentjampuri urusan politik, dia hanja akan membebaskan orang tawanan, dan melutjutkan sendjata Djepang.

Tetapi, itu adalah Inggeris !

 Dia tidak akan mentjampuri politik, tetapi segala kota jang penting telah didudukinja, dan tiap satu tempat didudukinja, diperkuatnja kedudukannja itu. Djakarta, Semarang, Bandung, Padang dan Palembang.

 Pemimpin kitapun insaf, kemana tudjuannja ini.

 Sekutu tahu, ada satu kota di Djawa jang penting untuk mendjadi pertahanan jang disebutnja kaum pemberontak, jaitu Jogja. Kitapun tahu, Jogja akan didjadikan pertahanan kita jang teguh.

 Sebab itu maka mendesaklah Sekutu dari Semarang, djatuh Ambarawa dan djatuh Magelang. Terbukalah djalan ke Djokja.

 Pemuda Soedirman, jang hanja terdidik dalam

M.P. Belanda membéri karangan-bunga tanda turut berduka-tjita.

Para-pandu Puteri memberi hormat dengan chidmadnja kepada djenazah.

Peta dizaman Djepang, bertanggung-djawab mempertahankan Jogja. Kalau Magelang dapat diperkuat musuh, Jogja mesti djatuh sebab itu maka dengan kekerasan hati luar biasa, Soedirman mengumpulkan anak-buahnja bekas-bekas tentara Peta dan rakjat jang sedang penuh semangat. Dengan tidak mengingat berapa kekuatan musuh, dan berapa kekuatan persendjataan sendiri, dengan melilitkan handuk ketjil dikepalanja. Soedirman menjintak pedang samurainja, mengerahkan anak buahnja itu menjerang, menjerbu dan menggempur pertahanan Sekutu di Magelang. Sebagai seekor serigala jang galak, jang hanja mengingat satu perkara sadja, jaitu „Merdeka atau mati!” Matanja berapi-api dan ganas, pengikutnjapun menurutkannja dengan mata berapi-api dan ganas. Perdjuangan penghabisan, perdjuangan dari orang jang telah dekat kepada putus asa!

 Bambu runtjing, pedang samurai Djepang dan sendjata-sendjata tjurian, dikerahkan semua kemuka, berpadu dalam satu djiwa, djiwa Soedirman!

 Ngeri dan dahsjat! Meriam, senapan mesin, gegap gempita.

Achirnja meriam tidak dapat lagi mematahkan semangat raksasa. Sekutu terpaksa mundur dan Magelang ditinggalkan. Djokja terlepas dari bahaja dan Presiden dan Wakil Presiden, sebagai pemimpin pemberontak, pindahlah dari Djakarta ke Djokja.

 Djiwa Soedirman jang perlu bagi tentara kemerdekaan. Sebab itu maka Bung Karno berkenan mengangkatnja sebagai Panglima Besar!

 Selalu ada pertanjaan, mengapakah Soedirman jang diangkat mendjadi Panglima Perang Besar; Apa sekolahnja, pernahkah dia ke Breda. Dan kabarnja konon dia hanja guru Muhammadijah. Seakan-akan nama Muhammadijah itu sadja sudah tjukup buat memandangnja „orang enteng”.

 Sajapun kadang-kadang berperasaan demikian. Apalah kebesarannja Soedirman itu. Ditahun 1941, seketika kami Kongres di Djokja, saja sudah Konsul Muhammadijah djuga dari Sumate-

16