Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/108

Halaman ini tervalidasi

kepadaku, karena walau bagaimana sekalipun aku memang telah mungkir janji, ttada menurut perkataan dan sumpahku yang telah kukeluarkan. Dan akulah seorang perempuan yang telah memutuskan pengharapan kekasihnya. Sekalian itu tidak dapat kutidakkan. Akan tetapi adakah jalan lain yang dapat kuturut di dalam kecelakaan ini?

Suatu yang akan melipur hatiku kelak, apabila aku telah sampai ke sana, kepada penghabisan mimpimu itu, ialah jatuh ke dalam jurang itu adalah bersama-sama dengan engkau. Barangkali di sanalah kita tiada akan bercerai lagi, walaupun dalam dunia ini masih dapat dipisahkan orang. Di akhiratlah kita akan bersatu selama-lamanya (Rusli, 2002: 122).

Kutipan di atas memperlihatkan bagaimana tokoh Nurbaya menghadapi keadaan yang mengharuskan dia menerima Datuk Maringgih sebagai suaminya. Putusan tersebut merupakan wujud pengabdian dan kasihnya kepada pada orang tuanya. Ia cenderung menerima keadaan dan ikatan sosial yang telah ditentukan untuk dirinya. Akan tetapi, ia tidak mau melepaskan ambisi pribadi dalam pikirannya. Harapannya untuk bersatu dengan kekasihnya, Samsul Bahri, tetap ada, walaupun bentuk penyatuan itu tidak seperti yang mereka bayangkan selama ini. Nurbaya rela jika nanti ia akan bersatu dengan kekasihnya bukan di dunia nyata, tempat orang lain masih bisa memisahkan mereka. Tidak dapat di dunia, di akhirat pun nanti mereka pasti bersatu.

Konsep budi yang lain juga tergambar dalam Salah Pilih. Pengabdian Asnah pada keluarga Asri merupakan wujud balas hudinya pada keluarga itu. Ia menyadari posisinya sebagai anak yatim piatu yang dipelihara oleh ibu Asri dan dianggap sebagi anaknva sendiri.

96