Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/131

Halaman ini tervalidasi

karena menurut adat Minangkabau pihak perempuanlah yang meminang laki-laki. Kalau sampai laki-laki yang meminang, pasti malu yang akan didapat.

Iboe Noerdin tidak bersenang hati. Boekanlah karena ia tak soeka akan bermenantoekan Roekmini dan boekanlah ia koerang setoedjoe akan berbesan dengan iboe Roekmuni itoe. Gadis itoe dalam pemandanganja adalah tjakap dan patoet djadi djodoh anaknja. Orang toenjapoen orang patoet poela. Tetapi apalah goenanja Noerdin seatjap kali itoe benar datang keroemah gadis itoe, apakah goenanja diperlihatkan benar, bahwa kita berkehendakkan dia. Tidak lajaknja demikian itoe. Adapoen Noerdin itoe, boekanlah orang yang tidak patoet-patoet. Dia bangsa orang baik-baik, orang djempoetan djoega. Tidak lajaknja seorang-orang moeda, sebagai Noerdin itoe. Apalagi Noerdin seorang-orang berpangkat Tinggi, dokter! Apa lagi jang lebih daripada itoe? Djika iboe Roekmini berkenan akan Neerdin, soedah patoet dia jang Uatang meminta. Iboe Noerdin sangat kesal hatinja melihat anaknja tidak tahoe akan harga dirinja itoe. Kalau orang lain seperti Noerdin itoe, nistjaja dipermahalnja dirinja (Negoro, 1931:50).

Pada dasarnya ibu Nurdin menyukai pribadi Rukmuni. Soal peminangan itulah yang menjadi pemikirannya karena di Sana terkait masalah harga diri dan martabat keluarganya. Sebaliknya, bagi keluarga Rukmini tentu berat melakukan Pinangan itu karena tidak ada hal yang demikian dalam adat mereka (Sunda). Tentu saja kedua belah pihak tidak pernah bertemu karena sama-sama menunggu. Dengan dasar mempertahankan harga diri itulah aklirnya ibu Nurdin Mencoba merenggangkan hubungan Rukmini dan Nurdin. Ibu Nurdin tidak sanggup menanggung malu karena ia sangat kuat memegang adat jemputan itu. Meminang seorang Perempuan berarti malu besar bagi orang yang berasal.

119