Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/140

Halaman ini tervalidasi

novel seperti itu. Novel-novel tersebut masih setia dengan gaya realis yang tetap mempertahankan kejelasan latar ruang dan waktu. Novel tersebut tidak dapat melepaskan diri dari batas hukum ruang dan waktu sehingga terlihatlah kronologi dan latar ruangnya yang sangat realistis.

Novel berlatar Minangkabau tidak pernah tenggelam pada subjektivitas pengarangnya dalam menangkap realita, seperti kebanyakan novel surealis dan absurd. Novel tersebut memiliki kecenderungan memberikan gambaran yang jelas mengenai kenyataan, mengenai realitas. Hal tersebut mewarnai hampir semua novel berlatar Minangkabau sejak awal kelahirannya.

Kesan realistis ini terlihat jelas lewat latar yang dihadirkan dalam novel tersebut. Hal itu memberi pijakan cerita secara konkret dan jelas. Novel yang ada menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi. Kerealistisan latar itu memudahkan pembaca untuk mengoperasikan daya imajinasinya, di samping memungkinkannya untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar. Kebenaran, ketepatan, dan aktualisasi latar dapat dirasakan oleh pembaca sehingga mereka merasa lebih akrab. Pembaca seolah-olah merasa menemukan sesuatu dalam cerita itu, yang sebenarnya menjadi bagian dari dirinya. Hal itu terjadi jika latar mampu mengangkat suasana setempat, warna lokal, lengkap dengan perwatakannya ke dalam cerita.

Dalam Sitti Nurbaya latar realistik itu terlihat jelas, seperti adanya gambaran mengenai peristiwa atau kebiasaan inisiasi bagi mahasiswa baru di Stovia pada waktu cerita itu berlangsung. Novel itu memperlihatkan kerealistisan latar yang tergambar pada seluk-beluk Kota Padang, gunung dan laut yang ada di sekitarnya, lokasi kapal, dan sebagainya.

Di dalam Pertemuan, kecenderungan yang sama juga terlihat. Novel tersebut menggambarkan seluk-beluk Kota Bukittinggi, gambaran kegiatan organisai pemuda di Kutaraja, dan sebagainya.