Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/161

Halaman ini tervalidasi

Hal yang sama juga terlihat dalam Karena Mentua. Pemberian makna terhadap latar terlihat ketika Marah Adil sudah berada di dalam kapal menuju Lampung. Ketika kapal mulai meninggalkan pelabuhan, meninggalkan orang yang dicintainya, meninggalkan ranah Minang, timbullah rasa takut di dalam diri Marah Adil. Takut akan kehidupan yang akan dijalaninya nanti di negeri yang sama sekali belum pernah dijejakinya. Ketakutan vang muncul karena sama sekali tidak ada seorang pun yang dikenalnya di atas kapal yang membawanya ke negeri impian.

Kesibukan di pelabuhan, kegiatan kaum buruh kapal melakukan pekerjaannya—tak kenal payah dan lelah-serta riuh--rendah suara banyak orang menguruskan diri masing-masing, sekaliannya itu melupakan orang muda itu akan segala sesuatu yang berhubungan rapat dengan keadaan dirinya sendiri dewasa itu.

Akan tetapi setelah kapal berlayar, berangsur-angsur jauh dari daratan, dan sekalian orang yang berdiri di pangkalan makin lama makin kecil nampaknya, ketika itu barulah berdebar-debar hatinya. Sekonyong-konyong pikirannya berkacau, iman di dadanya mulai berguncang. Takut timbul dan kuatir datang. Lebih-lebih ketika dilihatnya orang sibuk dan bergalau di atas geladak kapal itu. Segala penumpang kelam-kabut dan berebut-rebut tempat (Iskandar, 2002:28).

Dalam Salah Pilih juga terlihat pemberian makna terhadap latar yang ditampilkan.

Adakalanya Asri pada hari Ahad atau hari Kamis ikut berburu babi ke dalam rimba yang tiada berapa jauhnya, dan adakalanya ia pergi menolong orang menyabit atau mengirik padi di sawah. Malam hari ia pun pergi ke sasaran silat, atau ke tempat orang muda-mudi