Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/162

Halaman ini tervalidasi


bernyanyi dan berpantun-pantun, atau ke
surau akan mendengarkan orang mengaji al-
Quran dan segala rukun-syarat agama Islam
(Iskandar, 2003:38)

Pada bagian ini pengarang menggambarkan lalar yang menunjukkan keterkaitan antara tokoh dan tingkah laku serta adat dan kebiasaan masyarakat. Tokoh dilukiskan turut berpartisipasi dalam segala macam aktivitas penduduk. Adakalanya Asri pergi ke masjid atau surau untuk mendengarkan orang-orang mengaji dan belajar tentang agama Islam atau turut dalam pertemuan yang merupakan salah satu cara bagi masyarakat untuk berbicara, men- dengarkan, berunding, dan bertukar pikiran antara satu orang dan yang lainnya. Keterlibatan Masri dalam pergaulan dan aktivitas kampungnya merupakan pemberian makna yang dilakukan oleh pengarang untuk menggambarkan kehidupan dan kebiasaan hidup orang Minang.

Dalam Salah Asuhan juga terlihat subjektivitas pengarang dalam menampilkan latar ceritanya, seperti yang terungkap dalam kutipan berikut.

Di antara segala orang yang menangis-meratap
itu adalah seorang perempuan separuh baya,
yang seperti gila lakunya. Ia meronta-ronta,
membantun-bantunkan barang apa yang
tercapai olehnya. Malah kedua jenazah itu pun
hendak diambungnya. Dengan sigap ia pun
dipertangkapkan oleh beberapa orang perem-
puan bersama-sama, lalu dibaringkan di atas
tikar: kedua belah tangannya dan kakinya
dipegang teguh-teguh. Mereka itu tahu, bahwa
ia biasa "payah" yaitu di dalam pingsan
kehilangan akal ia biasa meracau, bernyanyi-
nyanyi menyampaikan "pesan" orang mati.
Jadi apa-apa yang keluar dari mulutnya bukanlah perkataannya sendiri, melainkan kata-
kata ruh orang mati yang bertemu dengan dia

150