Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/164

Halaman ini tervalidasi

Suasana ritual selalu kita jumpai apabila ada yang meninggal dunia. Upacara itu lazim ada di tengah-tengah masyarakat Minang dan merupakan adat dan kebiasaan masyarakat Minangkabau. Keluarga dan kaum kerabat selalu mendoakan arwah yang lebih dahulu dipanggil oleh Yang Mahakuasa. Pada umumnya ritual itu berjalan dan memakan waktu minimal 7 hari, terkadang ada yang sampai 100 hari. Keseluruhan itu bergantung pada adat dan kebiasaan daerah masing-masing.

Alam pikiran dan falsafah hidup orang Minang juga sangat berpengaruh terhadap penghadiran latar dalam novel berlatar Minangkabau. Alam pikiran Minangkabau yang terbagi pada dua kutub yang bertentangan, tetapi tetap berada dalam keselarasan sangat berpengaruh terhadap pola pikir pengarang. Mereka juga berada di antara dua kutub yang berbeda. Di satu sisi, mereka tidak dapat melepaskan diri dari subjektivitas dan menenggelamkan alam tersebut dalam subjektivitasnya, tetapi di sisi lain mereka juga tidak membiarkan alam tersebut berdiri sendiri dan terlepas dari subjek yang ada di hadapannya.

Kecenderungan antara dua kutub yang berbeda terlihat dalam novel berlatar Minangkabau. Kemunculan dua unsur tersebut sangat bervariasi. Terlihat adanya variasi dalam penekanan terhadap satu di antara kedua kutub tersebut, sebagai contoh dalam novel Salah Asuhan. Dalam novel itu terlihat gambaran yang minim tentang latar sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Latar ditampilkan dalam novel tersebut sejauh latar tersebut mempunyai fungsi, baik bagi penggambaran suasana batin tokoh maupun mengenai alur cerita. Sementara itu, ada novel, misalnya Karena Mentua, menampilkan banyak sekali gambaran latar yang mandiri. Latar tersebut berfungsi untuk memberikan kesan realistis. Akan tetapi, ada juga novel yang berdiri di antara dua kutub yang berbeda tersebut, bahkan ada juga yang menyerap kekuatan keduanya, seperti terlihat dalam novel Siti Nurbaya.

Dari apa vang telah diuraikan sebelumnya, terlihat bahwa pola penyajian latar novel berlatar Minangkabau152