Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/169

Halaman ini tervalidasi

yang hendak pulang dari sekolah. Tetapi jika dilihat dari dekat, nyatalah ia bukan bangsa Eropa, karena kulitnya kuning sebagai kulit langsat, rambut dan matanya hitam sebagai dawat. Di bawah dahinya yang lebar dan tinggi, nyata kelihatan alis matanya yang tebal dan hitam pula. Hidungnya mancung dan mulutnya halus. Badannya sedang, tak gemuk dan tak kurus, tetapi tegap. Pada wajah mukanya yang jernih dan tenang, terbavang, bahwa ia seorang yang turus, tetapi keras hati: tak mudah dibantah, barang sesuatu maksudnya. Menilik pakaian dan rumah sekolahnya, nyata ia anak seorang yang mampu dan tertib sopannya menyatakan ia anak seorang yang berbangsa tinggi (Rusli, 2002:9).

Tuntutan akan kemauan yang keras, yang tidak tergoyahkan oleh kecengengan secara tersurat diungkapkan dalam Karena Mentia sebagai berikut.

“Benar baru rupanya,” ujar si Kahar setelah memperhatikan orang muda itu dari belakang. “Badannya tegap dan kukuh, perawakannya elok, pakaiannya bersih. Sungguh jauh-jauh ingatannya. Mungkin ia terkenang akan induk nasi di rumah. Ha, ha, kalau tiada beriman, jangan ditinggalkan lingkungan dapur, Kawan!” (Iskandar, 2002: 33).

Sikap keras hati dan memiliki pendirian yang teguh juga terdapat pada diri Nurdin dalam Darah Muda. Hal itu terlihat dari cara pandangnya terhadap perkawinan. Sebagai seorang muda yang telah maju pikirannya, ia tidak menyetujui sikap laki-laki Minang yang suka beristri lebih dari seorang. Dalam pikirannya, laki-laki tidak harus memiliki istri lebih dari satu, seperti kebiasaan vang berlaku di Minangkabau. Laki-laki akan dianggap hinajika hanya memiliki seorang istri, terlebih bagi mereka yang berpangkat dan kaum bangsawan.