Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/177

Halaman ini tervalidasi

dengan Mariatun, Poniem tidak akan saya ceraikan, jasanya kepada sava telah banyak. Tetapi kalau dia mencoba hendak membantah, hendak menghukum saya, itu lain perkara! Ya dibuang, habis perkara! (Hamka, 1977:57).


Demikianlah Leman, bahwasanya akan sulit jalan yang akan ditempuhnya nanti, dia sendiri telah merasa waktu itu dan orang-orang-sebagai Bagindo Kayo-telah memberi ingat. Tetapi dia lemah, dia jatuh di bawah kendali hawa nafsunya. Ada-ada saja dalih vang diperbuat untuk pelemahkan pendirian yang asli. Dikatakan dengan isteri yang tua tidak beranak, dikatakan malu menjejak kampung halaman sebab belum ada rumah tangga di kampung sendiri. Pada hal pada hakikatnya alam kehidupan orang kampung, anak itu tidaklah sepenting kemenakan. Bukankah suku anak berlain dengan suku ayah dan kemenakan itulah yang lebih dekat kepada dirinya? Sentana ada anaknya dengan Poniem, tentu tidak pula akan diakui orang Minangkabau dan itu pula yang akan jadi alasan untuk menam-bah isteri seorang lagi (Hamka, 1977:101).


Tokoh lain yang juga tidak memperlihatkan kejantanan mental itu adalah Datuk Maringgih dalam Sitti Nurbaya. Ia memiliki sifat yang bertolak belakang dengan karakteristik tokoh yang mempunyai kejantanan mental yang cenderung ke arah perilaku positif dan baik. Namun sebaliknya, Datuk Maringgih justru menunjukkan sikap yang sangat tidak jantan dan mengarah pada perbuatan yang merugikan orang lain. Ia sangat licik dan menghalalkan segala cara untuk memperoleh apa yang ia inginkan.

165