Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/198

Halaman ini tervalidasi

sebagai estetika Minangkabau, yang memang lahir dari alam pikiran masyarakat Minang sendiri, bukan dari alam pikiran Melayu.

Konflik merupakan sistem estetik Minangkabau, baik di dalam seni sastra maupun seni rupa (Faruk, 1988). Estetika konflik itu berbeda dengan dialektika yang cenderung meleburkan pertentangan. Ia juga berbeda dengan koe sistensi yang cenderung merupakan keseimbangan sementara dari pertentangan. Konsep keseimbangan dalam pertentangan yang dikemukakan Nasroen (1971), yang menjadi dasar dari estetika konflik tersebut, cenderung merupakan keseimbangan abadi tanpa harus melenyapkan berbagai pertentangan yang ada.

Fadlillah (2004) mencoba menjawab mengapa paradigma estetika konflik itu muncul dan dari mana dirumuskannya. Menurutnya, orang Minang dalam kesehariannya selalu dihadapkan dalam sistem "keduaan", yaitu pertentangan matrilineal dan patrilineal, sistem dua laras (Koto Piliang dan Bodi Caniago), otokrat dan demokrat, pertentangan adat dan agama, serta pertentangan Luhak nan Tigo dan Rantau. Namun, berbagai bentuk "keduaan" yang dihadapi oleh orang Minang selalu dapat diselesaikan menjadi "keesaan". Itulah inti konsep keseimbangan dalam pertentangan tersebut.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi konsep keindahan bagi orang Minang adalah suatu konsep yang disebut Fadlillah (2004) sebagai konsep realitas yang dinamik dalam equalibrium. Sesuatu yang seimbang dalam pertentangan di mata orang Minang adalah indah. Bagi orang Minang konflik adalah realitas yang harus diterima apa adanya dan harus dihadapi dengan jantan. Realitas bagi orang Minang bukanlah suatu yang damai yang bisa membuat mereka bahagia. Akan tetapi, realitas atau dunia adalah konflikyang harus dihadapi. Hal ini sangat berbeda dengan filosofi Budha yang menganggap realitas adalah sesuatu yang equalibrium. Orang Minang melihat alam ini sebagai sesuatu keindahan dari sudut pandang konflik. Air sungai yang tenang

186