Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/39

Halaman ini tervalidasi

malu, dan kehidupan bersuku-suku di satu sisi, serta konsep budi dan sistem perkawinan eksogami di sisi yang lain. Seluruh konsep kultural tersebut sama-sama dipegang teguh oleh para tokoh dalam novel berlatar Minangkabau sehingga akhirnya timbullah konflik.


Rangkaian peristiwa yang terjalin dalam sepuluh novel yang menjadi data penelitian ini memperlihatkan kecenderungan adanya konflik antara unsur yang telah diuraikan tersebut. Dalam Karena Mentua, Marah Adil meninggalkan kampung halaman dan memutuskan untuk mencari penghidupan yang lain didorong oleh rasa harga dirinya yang terkoyak-koyak oleh perlakuan mertuanya. Dengan meninggalkan istri dan keluarganya, ia berharap dapat membuktikan kepada mertuanya bahwa ia juga bisa menjadi seorang menantu yang berguna. Seorang menantu, seperti yang selama ini diidam-idamkan oleh mertuanya yang gila harta.


Perlakuan mertua Marah Adil yang demikian buruk didorong oleh rasa malu karena memiliki menantu yang tidak seperti harapannya. Ia mengharapkan seorang menantu yang bisa membahagiakan anaknya, sekaligus membahagiakannya. Ia sudah bosan dengan kehidupan yang serba kekurangan. Setiap hari harus bekerja membanting tulang. Ia menginginkan kehidupan seperti orang lain yang sudah lebih baikk ehidupannya. Untuk itulah, ia selalu berusaha memisahkan Marah Adil dengan Ramalah.


Perlakuannya yang sudah melewati batas kesabaran Marah Adil, akhirnya berbuntut diceraikannya Ramalah oleh Marah Adil. Harga diri Marah Adil yang telah hancur di hadapan mertuanya mendorongnya untuk mengambil keputusan yang walaupun sakit harus dijalaninya. Ramalah pun akhirnya dengan sangat terpaksa menerima keputusan itu Meskipun harga dirinya sebagai seorang perempuan tercabik-cabik, tasa hormat dan balas budi, kepada ibu yang telah membesarkan, memaksanya untuk menerima keputusan ibunya untuk menikahkan dia dengan laki-laki yang dianggap ibunya lebih pantas sebagai suaminya.

27