akhirnya membawa kematian juga.
Tak ada yang tetap, melainkan Tuhan, sekaliannya berubah-ubah. Yang susah akan menjadi senang dan yang hina akan menjadi mulia.
Sekaliannya itu bukan kata-kataku saja, tetapi
sesungguhnya keyakinan yang ditimbulkan oleh
perasaanku. Oleh sebab itu aku yakin pula,
keadaanmu sekarang ini pun akan menjadi baik
kembali dan cita-citamu akan sampai juga. Buah
kemenangan yang diperoleh sesudah
peperangan, sebagai kau ketahui, akan lebih lezat
rasanya daripada buah kemenangan yang
diperoleh dari hadiah (Rusli, 2003: 83).
Kutipan itu menunjukkan bahwa segala sesuatu di atas bumi ini selalu berubah-ubah. Tidak selamanya manusia berada dalam kesusahan dan kemelaratan, tetapi akan berganti dengan sebuah kehidupan yang lebih baik. Sesudah panas akan diikuti oleh hujan. Panas dan hujan datang silih berganti. Namun, harus diingat, dalam panas yang mendatangkan kesusahan dan hujan yang mendatangkan kesejukan, manusia harus selalu waspada karena kedua hal yang berlawanan tersebut dapat mendatangkan malapetaka bagi mereka yang tidak bisa melewatinya. Kehidupan manusia selalu berada dalam dua keadaan yang bertentangan untuk sampai pada kebahagiaan yang besar, sebuah kehidupan yang harmonis.
Kenyataan yang serupa dengan apa yang terlihat : dalam novel Sitti Nurbaya tersebut juga terlihat dalam novel Pertemuan. Kesediaan Masri menerima keputusan yang telah ditetapkan ayah dan mamaknya untuk menikahi Chamisah, Walaupun hal itu sangat bertentangan dengan hati nurani dan cita-citanya, memperlihatkan keyakinan teguh dalam diri Masri. Keyakinannya bahwa di balik segala peristiwa yang menimpa dirinya itu, mendorongnya untuk menerima segala Putusan tersebut dengan lapang dada. Walapun dapat dikatakan bahwa ia terjebak dalam kawin paksa yang gariskan Oleh keluarganya, ia tetap tabah. Ia berkeyakinan bahwa tidak