Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/97

Halaman ini tervalidasi

“Air jang hendak kelaoet itoe tidak terhambat- hambat oleh barang soeatoe djoea. Lihatlah, sedang batoe jang keras dan sebesar itoe dapat djoega ditemboesnja, soepaja ia dapat mengalir kelaoet. Demikian poelalah pergerakan kita itoe, djangan dibiarkan dialangi oleh barang sesoeatoe djoeapoen hendaknja.” Kata Noerdin seraja menoendjoek ke Batang Anai jang kelihatan dari tingkap kereta api itoe (Negoro, 1931:41).

Entjik Roekmini, mentjapai tjita-tjita adalah seperti melepas lajang-lajang. Kadang-kadang ada angin bagoes, akan tetapi atjap kali poela datang angin topan jang besar dan bengis. Djika benang kita rapoeh, djangan diharap akan mendapat lajang-lajang kita kembali, tentoe diterbangkan oleh angin kemana soekanja, dan kalau salah boeatan lajang-lajang kita, djangan diharapkan lagi akan dapat dinaikkan. Demikian poelalah halnja dengan fjita-tjita. Akan tetapi kalau boetan lajang-lajang kita baik dan benangnja koeat, serta kita pandai poela melepasnja, biarpoen datang angin badai sekalipoen, lajang-lajang itoe akan tinggal dalam tangan kita, dan achirnja akan tertjapai djoega jang dimaksoed itoe (Negoro, 1931:41).

Kutipan tersebut memperlihatkan kenyataan bahwa dalam menggapai cita-cita, sescorang akan dipertemukan dengan kemudahan sekaligus kesusahan. Jika niat tidak diringi dengan usaha untuk menggapai cita-cita, apa yang diinginkan tidak akan tercapai. Segala bentuk halangan yang ditemui harus dihadapi dengan perjuangan dan semangat Yang tidak pantang mundur. Dasar dan keyakinan yang kuat akan melahirkan hasil sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Klau dari semula dasar dan keyakinan untuk mencapai cita-cita itu sudah lemah, kegagalan dengan sendirinya sudah Srada di depan mata.

85