Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/137

Halaman ini tervalidasi

Universitas Gadjah Mada masih muda dan masih sangat menderita kekurangan perihal perlengkapan, baik intelektuil maupun materieel Oleh karena itu djasa dan pengaruhnja kepada masjarakat belum dapat sebesar jang diharapkan daripadanja. Sungguhpun begitu pengaruh Universitas itu sudah kentara dan sebaliknja pengaruh dari masjarakat kepada Universitas nampak djuga., terutama masjarakat Jogjakarta. Dibawah ini dikemukakan sekedar tjontoh tentang pengaruh itu dalam lapangan sosial, kebudajaan, ekonomi dan politik.

Pengaruh dalam lapangan sosial.

NAMA Universitas Gadjah Mada terkenal diseluruh wilajah Indonesia. Berakarnja dalam revolusi kemerdekaan dan kedudukannja di Jogjakarta, jang mendjadi Ibu-kota Republik Indonesia dalam fase revolusi bersendjata, merupakan daja suatu penarik terutama bagi pemuda-pemuda luar Djawa. Daja penarik itu disebabkan djuga oleh namanja yaitu ,,Gadjah Mada", jang oleh bangsa Indonesia dipandang sebagai seorang pahlawan besar.

Oleh karena itu tidak mengherankan kalau sekolah di Univeisitas Gadjah Mada itu merupakan tjita-tjita daripada banjak sekali pemuda jang masih duduk di sekolah menengah (atas), djuga jang baru duduk di sekolah rakjat. Pada waktu sekarang djumlah Mahasiswa jang beladjar pada Universitas ini sudah melebihi 8.000 orang.

Untuk sebagian terbesar datang dari daerah luar Jogjakarta, bahkan tidak sedikit jang berasal dari luar Djawa.

Kurang lebih separo dari djumlah itu beladjar pada fakultas-fakultas Sosial, jaitu fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Sosial dan Politik. Keadaan jang demikian itu dipandang kurang baik untuk pembangunan masjarakat dalam segala lapangan.

Hingga kini Pemerintah masih kekurangan tenaga Guru untuk memenuhi kehausan masjarakat akan pengadjaran pada sekolah menengah, berhubung dengan itu banjak Mahaisswa jang sambil beladjar bekerdja sebagai Guru pada sekolah~sekolah menengah, sebagaian untuk mengabdi kepada masjarakat tetapi kebanjakan untuk sekedar mendapat atau menamhah nafkah. Di Jogjakarta ada puluhan sekolah menengah pertama dan sekolah manengah atas. Murid-murid jang puluhan ribu banjaknja dari sekolah-sekolah menengah atas itu untuk sebagaian besar berasal dari luar daerah Jogjakarta; djuga dari luar Djawa. Mereka bersekolah di Jogjakarta dari sebab berkat adanja Universitas –– taraf pengadjaran pada sekolah-sekolah menengah di Jogjakarta pada umumnja lebih tinggi daripada pada sekolah-sekolah Menengah di Kota-kota lain; djuga dari sebab keinginan untuk telah mendapatkan tempat pemondokan guna kelak melandjutkan peladjaran pada Universitas.

Disamping itu ta' boleh dilupakan adanja Mahasiswa-mahasiswa Universitas Gadjah Mada jang atas usaha dari Pemerintah tintuk beberapa tahun menghentikan peladjaran mereka untuk mendjadi guru di daerah-daerah luar Djawa, jang masih menderita kekurangan sekolah menengah atas.

Dari sebab mereka itu masih mahasiswa, maka jang banjak dapat diselenggarakan itu adalah sekolah-sekolah menengah jang bersifat umum, tidak bersifat ,,Vak". Akibatnja jalah kelebihan produksi daripada lulusan sekolah menengah dan sekolah menengah atas, jang dapat melandjutkan peladjaran pada sekolah jang lebih tinggi, dan belum dapat bekerdja dalam lapangan vak, jang sangat diperlukan untuk pembangunan masjarakat dan negara.

109