Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/146

Halaman ini tervalidasi

serta tudjuh orang bedaja. Disini dapat dilihat bahwa didalam Keraton sudah ada pembinaan bedaja.
Konon dituturkan bahwa pada waktu itu Sri Sultan Hamengku Buwono I berhubung dengan pembinaan kawibawaan Keratonnja memohon kepada Ingkang Sinuhun Paku Buwono III untuk diberi beberapa orang ahli tari menari serta ahli tatah-sungging.
Sekali peristiwa Pangeran Adipati Anom datang berkundjung ke Surakarta. Kedatangannja itu disambut dengan sangat meriah.
Untuk meriahkan penjambutan itu maka diselenggarakan suatu tarian tajub. Sungguh sangat mengetjewakan diwaktu itu karena Sang Pangeran belum bisa menari, sehingga hampir timbul perselisihan jang tidak diharap-harapkan.
Pernah djuga terdjadi perebutan antara Pangeran Adipati Anom dengan Pangéran Mangkunagoro mengenai pemain-pemain wajang-orang jang berakibat tidak menggembirakan.
Pangéran Adipati Anom membentuk suatu corps pradjurit cavalerie jang terdiri atas wanita-wanita jang diambil dari Rakjat dengan paksa. Tentu sadja hal sedemikian ini menimbulkan suasana tegang.
Pada suatu ketika Pangéran Adipati Anom mendapat amarah dari Ajahanda Sri Sultan dan harus datang menghadap Radja. Tetapi ia tidak sedia datang dan pura-pura sakit.
Kebalikannja dipendapa diadakan ujon-ujon semalam suntuk tanpa indahkan sabda Baginda.
Dalam lapangan kesusasteraan dan Nitipradja (politik) maka nama-nama jang dapat ditjatat ialah:
Tjarik Sindusastra, Setrawigena, Pangeran Natakusuma, Pangéran Dipanegara, Tumenggung Natajuda, dan Patih Danuredja.
Beberapa orang Bupati serta Pangéran ada jang tidak suka terhadap budi pekerti Pangéran Adipati Anom, akan tetapi mereka itu takut. Oleh karena itu maka apabila mereka itu datang pada suatu pertundjukan wajang-orang atau bedaja jang diselenggarakan oleh Pangéran Adipati Anom itu, hanja karena menghormat kepada Sri Sultan.
Pada suatu waktu ketika Pangéran Natakusuma terhindar dari suatu perbuatan fitnah, maka untuk menghibur diri beliau mengadakan ujon-ujon seketika itu djuga sewaktu sidurhaka dapat dibekuk batang lehernja.
Sri Sultan Hamengku Buwono I berkenaan pada suatu ketika membentuk sebuah rombongan wajang-orang jang disusun dan diatur serapi-rapinja.
Setelah diadakan latihan-latihan jang sangat bagus serta dipandang sudah tidak mengetjewakan, maka beliau bermaksud mengirimkan rombongan wajang-orang tersebut ke Surakarta.
Dengan djalan ini beliau mentjoba mempererat lagi rasa tali kekeluargaan antara Jogjakarta dan Surakarta. Sri Susuhunan sudah diberitahukan tentang kedatangan rombongan wajang-orang tersebut dan beliau sangat setudju. Rombongan tersebut disambut dengan ramah-tamahnja dan diperkenankan bermain semalam.
Sri Sultan Hamengku Buwono II banjak menghabiskan uang untuk mendirikan

pesanggrahan-pesanggrahan Radjawinangun, Radjakusuma, Purworedjo, Mawarredjo,

116