Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/148

Halaman ini tervalidasi

 ,,Tuan Voorzitter, tuan-tuan Bestuur dari Java Instituut clan dari Sana Budaja.
 Saja merasa senang sekali, saja mempunjai hati jang ini hari saja dapat berhadir untuk membuka Museum ini dengan officieel.
 Sebab saja pertjaja, bahwa Museum ini tidak sedikit artinja bagi kemadjuan kultur Bumi Putera, lebih-lebih untuk kesenian dan batjaan buku-buku.
 Oleh karena itu sudah sepantasnja, Museum ini dapat bantuan dari mana-mana.
 Tuan Voorzitter, tadi tuan menjerahkan kepada saja Beschermheerschap dari Museum ini. Maka penjerahan itu saja terima dengan segala senang hati.
 Begitu djuga dari sebab hari membukanja Museum ini kebetulan hari kelahiran saja Rebo-Wagé, tuan-tuan Bestuur memberi selamat kepada saja, maka ini saja mengutjap banjak-banjak terima kasih atas pemberian selamat dari Tuan-tuan itu.
 Kemudian saja pudjikan, mudah-mudahan Museum ini akan hidup subur dan dapat tertjapai apa jang dimaksudkan, sehingga buahnja akan menambah kemadjuan Negeri dan penduduknja.
 Njonja-njonja clan tuan-tuan, atas permintaannja tuan-tuan Bestuur dari Java Instituut supaja saja membuka Museum ini, maka permintaan itu saja kabulkan dengan segala senang hati dan sekarang saja menjatakan, bahwa Museum ini saja buka."
 Sri Sultan Hamengku Buwono VIII besar sekali minat perhatiannja atas perkembangan serta kemadjuan kebudajaan diwilajahnja. Oleh karena itu maka tidak sedikit sumbangan-sumbangan serta sokongan-sokongan jang beliau berikan kepada badan-badan jang bertudjuan membina dan memadjukan buah seni-budaja bangsa seperti kepada Sana-Budaja, Krida-Beksa Wirama, Habiranda dan sebagainja.
 Disamping pemeliharaan Museum maka Sana Budaja membuka pula suatu sekolahan Seni-keradjinan (Kunstambachtschool) beserta asrama sekali pada tahun 1939. Sekolah tersebut bermaksud untuk mendidik serta meajempurnakan keahlian orang-orang dewasa jang telah bekerdja sesuatu kedjurusan dari Djawa, Madura dan Bali. Peladjaran-peladjarannja diutamakan pekerdjaan praktis sehingga dengan demikian pertukangan akan makin madju dalam segala segi-seginja ekonomi, seni dan tekniknja. Lama kursus ialah 2 tahun dan untuk sementara waktu baru meliputi pertukangan emas dan perak serta kaju.
 Pun pula di Kota Gedé telah terdapat sebuah sekolah Menggambar (Teekenschool) akan tetapi sajang sekali, bahwa dalam putusan sidang pengurus ,,Pakarjan Ngajogjakarta" pada tanggal 11 Oktober 1934 untuk sementara waktu terpaksa ditutup.
 Kalau tadi telah diketengahkan sepintas lintas tentang perkembangan kebudajaan /kesenian sekitar lingkaran dalam dinding Keraton, maka disini setjara umum akan dikemukakan perk.embangannja diluarnja sampai dipelosok-pelosok.
 Umumnja sampai sekarang seni budaja rakjat masih sederhana. Berkat terbang~ kitnja kesedaran rasa kebangsaan, maka disana-sini tumbuh timbullah beberapa badan-badan kebudajaan/kesenian jang bertudjuan akan membina, memelihara, memupuk serta memadjukan kebudajaan peninggalan leluhur selaras dengan alam dan zamannja.
 Pada tahun 1908 sebuah Badan jang disebut ,,Her-mani" telah didirikan oleh R. M. Djajadipura bersama-sama R. M. Prawiradipura, R. L. Prawiraatmodjo dan Lie Djeng Kiem jang bertudjuan membina dan memadjukan kesenian dan seni keradjinan. Pada tahun 1919 Badan tersebut berganti nama ,,Mardi Guna" dan pada tahun 1926 disamping pemeliharaan kerawitan maka ditjantumkan pula peladjaran

118