Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/156

Halaman ini tervalidasi

 Titi-raras Keraton Jogjakarta jang baru ialah tjiptaan P. Purwodiningrat serta kemudian disempurnakan oleh R.T. Wiroguno tersebut diatas, tertera dalam Kitab ,,Pakem Wirama Wilet genc;ling berdangga".
 Untuk keperluan peladjaran seni suara vocal Djawa, maka Ki Hadjar Dewantara telah mentjiptakan suatu titi-raras jang tidak berdasarkan atas namanja wilahan, melainkan atas dasar suara, jang disebut titi-raras Sari-swara.
 Pada tahun 1942 maka B.P.H. Pakuningrat mentjoba menggubah suatu titi-raras jang diberi nama Pana titi-raras.
 Gending-gending jang digunakan dalam pertundjukan wajang orang banjak tjiptaan dari pada R.T. Purbaningrat, Wedana Parentah Punakawan, seorang ahli kerawitan dan tari-tarian antara lain Gending Prabudééwa, Prabuwibawa, Prabumanukma dan lain-lainnja.
 K.P.A.A. Danuredja pentjipta kesenian Mandra Wanara, berhatsil berusaha menggubah Gending sekar artinja sekar didjadikan gending dan sekar gending jaitu sekar membarengi srepegan. Kesemuanja tadi sudah diselaraskan dengan langgam dari ragam baru langsung sampai sekarang.
 R.W. Larassumbaga, hamba Keraton Wedana Kanijagan telah banjak menggubah jang bermatjam-matjam-ragam tjoraknja. Gubahannja jang bersifat setengah klasik antara lain Gending Ngéksiganda, Kumaramaja dan lain-lain jang bersifat umum ialah gending Westminster dan jang terachir ini ialah gending Teguhdjiwa kepandaianaja jang paling terutama ialah mengendang (permainan kendang).
 Tokoh kerawitan lainnja jang terkuat pada dewasa ini ialah Ki Ngabehi Tjakrawasita hamba istana Paku-Alam, mantri kanijagan, pengetahuannja, baik teori maupun praktek, maka orang-orang jang datang berguru kepadanja tidak akan ketjewa.
 Buah hasil gubahannja jang terpenting ialah Gending Djajamanggalagita, suatu ramuan beragam-ragam gending jang mengandung djalinan djalannja sedjarah Indonesia.
 Ahli seni-suara ragam Jogjakarta sampai dewasa ini jang dapat dikemukakan hanja K.R.T. Madukusuma. Beliau memberi peladjaran tembang seperti tembang gedé, tengahan, matjapat, lagon, kekawin dan odo-odo sekaliannja itu disusun diatur diberi tjatatan-tjatatan serta ditulis dalam note-balk. Beliau mendjadi hamba Keraton Jogjakarta sedari Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
 R.M. Djajadipura jang sudah dikemukakan dimuka dalam seni suara besar djuga djasanja. Beliau mengumpulkan sekalian paugeran-paugeran atau waton-waton dalam pedalangan seperti djanturan beserta apalannja jang hingga kini digunakan sekolah pedalangan Habiranda Jogjakarta.

DJEDJAK (TJAK) KERAWITAN RAGAM JOGJAKARTA.


 Mulai Sri Sultan pertama sampai Sri Sultan jang ke VII maka djedjak kerawitan (tjaking kerawitan) jang disebut nguju-uju diutamakan gending-gending jang dipalu keras (sora) atau gending bonangan. Oleh karena itu pangkalan atau susunan genc;linggenc;ling Mataram itu jang laras lagi tepat ialah untuk ujon-ujon soran. Hal ini disebabkan karena adanja larasan jang disebut laras umjung.
 Larasan umjung ini memang jang paling tepat serta djitu djika dipalu (ditabuh)keras. Lagu-lagu lalu riuh gemuruh menggelora jang melontarkan sifat kelaki-lakian, gagah berani, dahsjat kuat, tampan perkosa. Dan apabila gamelan dengan laras umjung

124