Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/164

Halaman ini tervalidasi

Sedjak pengurus itu ditangan K.R.T. Pantjakocsoema almarhum maka R.W. Madoekoesoema tidak lagi memberi peladjaran di kursus tersebut.

Dengan demikian, maka pelopor Guru kursus „Habiranda” tsb. hanjalah tinggal R.B. Tjermawitjara sadja. Sesudah K.R.T. Pantjakocsoema wafat, maka Ketua Pamong dipegang oleh B.P.H. Pakoeningrat almarhum. Dan R.B. Tjermawitjara dibebaskan dari tugasnja.

Tahun 1925 sid 1945 dst. 1956.

Sesudah K.R.T. Pantjakoesoema wafat, maka B.P.H. Pakoeningrat memegang Ketua Pengurus Habiranda, disini K.R.T. Madoekoesoema muntjul lagi sebagai Bendahari. Dalam fase ini maka Habiranda mulai dihidupkan kembali, dengan mengambil tempat kursus di pekapalan alun-alun Lor Jogjakarta. Akan tetapi sajang, belum selang beberapa bulan, terdjadi clash jang ke: II. Selama pendudukan ini kursus tsb. berhenti.

Sesudah clash ke II dan Jogja kembali, maka kursus dimulai lagi dengan mengambil tempat di Prabtja (dapur Sri Sultan.) Oleh karena murid masih terus beladjar, dan gurunja tidak ada maka Sdr. Rija Soedibjaprana diminta oleh Pengurus agar suka memberi peladjaran, dan terlaksana. Berhubung siswa makin banjak, maka sekolah itu dipindahkan dari Prabtja ke ruang Kumendaman (1951).

Atas perkenaan pemerintah Keraton, maka pada tahun 1952 tempat kursus pindah ke Pratjimasana, Guru-gurunja: Pakeliran (Guru Kepala), R.B. Tjermawitjara, pembantu-pembantunja: Sabetan R.B. Lebdadjiwa, Sulukan B. Radyamardawa (dahulu Sdr. Dadapmantap tsb. diatas) dan Guru Kanda/ftjarita Rijasoedibjaprana, dan selandjutnja. Pada saat ini, R.B. Tjermawitjara dibebaskan dengan onderstand dan Guru-kepala digantikan oleh Sdr. Bekel Radyamardawa.

Setelah B.P.H. Pakuningrat wafat, maka K.R.T. Madockoesoema menggantikan mendjadi Ketua Pamong Habiranda (1955), sampai sekarang. Lain dari pada kursus pedalangan Habiranda, dalam Kota Jogjapun ada kursus pedalangan djuga jang diadakan oleh Himpunan Siswa Budaja dan Marsudi Wirama, akan tetapi peladjaran pedalangan tersebut adalah tehnik Surakarta.

Sebagaimana lazimnja, maka siswa-siswa dari kursus Habiranda ini bermula menerima murid banjak, akan tetapi djarang sekali jang dapat mengikuti sampai mendapat idjazah disebabkan beladjar selama tiga tahun itu adalah waktu jang tidak sebentar. Maka bila ditafsir, siswa jang selesai menuntutnja peladjaran hingga beridjazah, kira-kira hanja 10, sadja.

DILUAR KOTA.

Dalang Kulonprogo (sebelah barat Jogjakarta) tidak banjak adanja sedjarah pedalangan. Hanja kini ada dua orang dalang jang termashur bernama: Kasmadi-Sewugalur, dan Regot (Widiprajitno) didesa Karangendek Sentolo.

Pada zaman revolusi, maka pada tahun 1946 di Sentolo berdiri satu organisasi Dalang jang dibcri nama P.D.K.P. (Persatuan Dalang Kulon Progo), atas inisiatif Sdr. Katidjo Wiropramoedjo didesa Djlegong Sentolo.

D.P.K.P. pernah mengadakan kursus guna menambah ilmu para dalang anggautanja, sampai berdjalan dua angkatan (1 tahun).

Tudjuan kursus itu jalah: Akan mentjetak dalang agar mereka dapat menjampaikan kebutuhan-kebutuhan tanah air kepada chalajak ramai. Berhubung dengan kesulitan biaja, dan Sdr. Katidjo pindah dari Sentolo, maka organisasi itu, mati,