Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/165

Halaman ini tervalidasi
II. GUNUNGKIDUL.

 Daerah Jogjakarta sebelah selatan Gunungkidul. Disana masih terdapat Dalang-dalang tua, jang dapat meruwat.

 Akan tetapi sama sekali sudah tidak ada ḍalang jang mendingan. Semuanja hanjalah praktijk ḍalang. Achir-achir ini mulai muntjul keturunan ḍalang Gunung-kidul untuk menuntut peladjaran peḍalangan di kursus Habiranda.

 Di Wonosari ada organisasi ḍalang jang dinamakan P.D.G.K. (Perkumpulan Ḍalang Gunungkidul), diketuai oleh Sdr. Hardjowardojo pegawai Djawatan Penerangan.

 Menurut Penelitian, kursus itu akan diarahkan untuk penerangan djadi bukan mementingkan „Seni peḍalangan”. Disana telah dapat diadakan kursus kerawitan jang sendirinja bermanfaat djuga kelengkapan keperluan peḍalangan. Selain itu djuga berdiri memperkembangkan kesenian disana, dan pernah diadakan pergelaran pula. Menilik pedalangan jang diusahakan oleh perkumpulan Marsudi Wirama itu, maka sudah barang tentu jang diadjarkan adalah peḍalangan tehnik Surakarta.

II. BANTUL.

 Daerah Bantul banjak terdapat ḍalang-ḍalang jang baik, misalnja Soewandi Kuweni, Tjermotarjono (Ki Pardjan), Aditarjono, (Susilan), Soewondo, Soejatin dls. Keturunan Dalang didaerah ini, banjak djuga jang masuk kursus Habiranda, dan sudah ada jang mendapat idjazah tingkat pertama.

IV. SLEMAN.

 Daerah kabupaten Sléman djuga masih terdapat dalang-dalang jang sebaja dengan Ki Tjermotarjono (Pardjan), diantaranja: Ki Bekel Tjermotjarito, Pakem; Gondhomarijo, Ngadjeg Kalasan: dls.

 Organisasi pedalangan, tidak ada. Akan tetapi dari kehendak sendiri banjak pula jang menuntut peladjaran ke kursus Habiranda.

LAIN-LAIN.

4. Ḍalang-ḍalang itu pada umumnja berpendirian kolot. Tidak suka berorganisasi. Sudah dua kali diadakan pertjobaan, namun bubar djuga. Jaitu: Eka Mardi Budjangga jang didirikan pada tahun 1937 dan pada tahun 1955 didirikan pula dengan nama „Perkumpulan Ḍalang Ngajogjakarta”. Akan tetapi organisasi jang tersebut belakangan inipun tidak hidup segar.
b. Dari pihak Keraton Jogjakarta, diusahakan djuga dengan menerima ḍalang seluruh daerah Jogjakarta sebagai MAGANG habdi Dalem Ḍalang. Dan setjara bergiliran, mereka itu di tjobanja pada waktu bedol songsong, dls.
c. Mengenai peladjaran wijaga untuk peḍalangan jang chusus tidak ada. Wijaga-wijaga peḍalangan terdiri dari wijaga-wijaga karawitan sadja, dan mereka bekerdja mengiringi tabuhan wajang hanjalah setjara sambil lalu. (Sambil berpraktijk).

d. Dalam memadjukan peḍalangan dan dalang serta wijaga, maka tidak boleh dilupakan bahwa Radio Republik Indonesia Tjabang Jogjakarta turut serta berdjasa, walaupun pada umumnja hanja berpendapat kebetulan (kapinudjon). Akan tetapi para ḍalang itu diseleksi oleh R.R.I. dengan mentjoba ḍalang untuk siaran dan para pendengar itulah sebagai bukti baik atau tidaknja.

131