Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/169

Halaman ini tervalidasi

TAHUN 1925 s/d 1945 dst.
LINGKUNGAN PAKU-ALAMAN.

 Kegiatan para pembuat wajang itu pada zaman K.G. Paku-Alam ke IV dan ke VII. Dizaman K.G. Paku-Alam ke I termashur perihal kesusasteraan.

 Dizaman K.G. Paku Alam ke II menerima tanda sih katresnan berupa wajang Rama dari Sri Sultan Hamengku Buwono II. Kemudian ditambah (dilengkapinja).

 Dizaman K.G. Paku Alam III - pun meneruskan melengkapi wajang Rama tersebut. Dizaman K.G. Paku Alam IV jasa wajang dengan penatah Ki Kertiwanda, wajang itu bentuknja wajang Mataraman.

 1. Pada masa K. G. Paku Alam ke IV ada kerabat jang pandai menatah, jalah bernama Raden Mas Pandji Sudjonopuro jang bekerdja pada Kantor Kapudjanggan Pura Paku Alaman.

 Menurut keterangan sekarang masih ada wajang hasil tangan beliau jalah Darmakusuma (Judistira) dan Permadi.

 2. Lain dari pada Raden Mas Pandji Sudjonopuro, ada lagi Raden Pandji Notoredjo jang bekerdja pada Kantor Kapudjanggan di Pura Paku Alaman djuga sebagai kawan sehaluan R.M. Pandji Sudjonopuro.

 Dizaman K.G. Paku Alam ke V tidak terdapat keterangan jasanja wajang, akan tetapi giat dalam lapangan seni tari dan kerawitan.

 Beliaulah jang mentjiptakan beksan Bandjaransari, jang serba mempergunakan sekar-sekar Hageng jang sendirinja beliau mentjiptakan gending sekar Hageng tersebut.

 Kangdjeng Gusti Paku Alam ke VI melengkapi wajang rama pula. Dimasa K.G. Paku Alam ke VII ketjuali menambah wajang rama sehingga mendjadi lengkap sama sekali, beliau jasa wajang dengan pola Kertiwanda; wajang itu semuanja memakai keris.

 Dalang zaman ini, bernama Ki Rediguno, dan Somokarijo. Sedang pemimpin pada staf kesenian jang dinamakan ,,Langenpradja" ini adalah Ki Wirjodjawoto abdi dalem berpangkat Mantri. Ki Djajengtarjono kerap kali majang disana. Ki Wirjodjawoto baajak pengetahuannja tentang wajang, terutama wajang ,,GEDG". Sehingga ia kerap kali disuruh mendalang di Tjakraningratan, (Danuredjan ke: VI) dan Mangkubumen (Ejang Sri Sultan ke IX). Wajang gedog itu kebanjakan dipakai pada sehabis penganten sepasaran, maka pedalangan gedog tidak berkembang dan terbukti sekarang pedalangan ini sudah hampir lenjap sama sekali.

 Bilamana ada pertundjukan wajang gedog, maka pertundjukan itu sudah dirobah dari semula, karena pakelirannja nampak tidak sedap dipandangan dan tak disukai oleh masjarakat susila.

 Penjungging dizaman K.G. Paku Alam ke VIII bernama R. Lurah Djajengutoro.

LAIN-LAIN.
a. Matjam wajang.

  1. Wajang purwo banjak, maupun dalam keraton, maupun diluar keraton.
  2. Wajang jang dibuat pada zaman Kangdjeng Sultan Hagung Hanjokrokusumo di keraton Jogjakarta masih ada, jalah selembar wajang ,,Kuda". Wajang ini konon dibuat ketika Kangdjeng Sultan Hagung menambak Segarajasa. Pada wajang itu bertulisan: KAPAL SEMBRANI JASANIPUN KANGDJENG SULTAN HAGUNG NALIKA BENDHUNG SEGOROJOSO".

135