Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/170

Halaman ini tervalidasi

3. Wajang-wajang jang „séda” (istilah wajang jang sudah rusak) dilabuh dilaut selatan (kidul).
4. Wajang pusoko buatan jang telah ratusan tahun, masih ada dikeraton.
5. Wajang „TRETES” jaitu wajang jang memakai breliant, adalah jasan almarhum Kangdjeng Gusti Putro, dan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII.
6. Sri Sultan Hamengku Buwono jang ke VIII pun membuat wajang jang bergegel emas.
7. Sri Sultan ke VIII jasa djuga wajang-wajang kera jang berkepala sama dengan wajang raksasa bala tentara Prabu Matsasuro.
8. Wajang „KULUK” adalah jasan Sri Sultan Hamengku Buwono V.
9. Wajang „TJUNDUK” adalah jasan Sri Sultan Hamengku Buwono V.
10. Wajang „TEPEN” adalah jasan Sri Sultan Hamengku Buwono VI.
11. Wajang pedalangan jang dulu pernah digaduhkan untuk kursus Habiranda dan sekarang dipakai untuk wajangan „Bedolsongsong”, adalah jasan Sri Sultan Hamengku Buwono ke VII.
12. Wajang „LOKAPALA” adalah jasan Kangdjeng Gusti Achadijat (Gusti Putra) putera Sri Sultan ke VII.
Wajang bala tentara Mahispati, seperti wajang para Pandawa tetapi memakai sampir. Maka ketelah wajang „SAMPIR” djuga.
Wajang ini lengkap hingga dapat dipakai pada lakon „RAMA”.
13. Wajang „PANDJI” adalah jasan Sri Sultan Hamengku Buwono ke VIII. Wajang itu adalah gambar pradjurit, tetapi hanja diambil jang berpangkat Pandji sadja.
14. Wajang „GEDOG” di Keraton dan pura Paku Alaman, ada semuanja.
15. Wajang „RAMA” terdapat di Keraton Jogjakarta serta di Pura Paku Alaman.
16. Wajang „MADYA”.
17. Pun Wajang „KLITIK” terdapat di Keraton serta di Pura Paku Alaman.

Diluar Keraton sudah barang tentu terdapat pula wajang purwa jang dimiliki para bangsawan, kaum hartawan, para dalang berikut gamelannja. Pun banjak pula orang-orang bukan bangsa Djawa jang memiliki beberapa kotak wajang-purwa jang lengkap.

Berhubung dengan beberapa hal maka ternjata bahwa beberapa buah wajang aseli Keraton Jogjakarta pernah berpindah-pindah tangan tersasar keluar djauh dari pada Keraton. Oleh karena itu maka tidaklah mengherankan bahwa disana-sini terdapat bentuk-bentuk wajang jang sempurna berkat tjontoh-tjontoh wajang jang sangat indah itu.

Wajang-wajang jasan Sri Sultan Hamengku Buwono I jang pernah terdampar djauh, tetapi kini telah kembali kepangkalannja antara lain:
1. Werkudara, nama Kjahi Bajukusuma, dari Tuan Wijnschenk Sanasewu.
b. Judistira, nama Kjahi Widjajakusuma, dari seorang Guru sekolah di Tegal (Pekalongan).
c. Ardjuna, nama Kjahi Pantjaresmi, dari Tuan Tjon Hwi, Wates (Kulon-Progo).
d. Ardjuna, nama Kjahi Judasmara, dari Ambarawa.
e. Ardjuna, nama Kjahi Djajaningrum, dari seorang pegawai Kelurahan Salatiga.

Pada permulaan Hari Proklamasi maka seni-pedalangan Jogjakarta kelihatan lesu, tidak seperti pada zaman Sri Sultan Hamengku Buwono VIII.

136