Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/175

Halaman ini tervalidasi

maha siswa Universitas Gadjah Mada, bahkan sudah ada jang amat mahir menḍalang dan pernah dipamerkan di-istana Presidenan Djakarta pada tanggal 3 Maret 1956 serta mendapat succes besar.

Demikianlah goresan selajang-pandang tentang perkembangan seni peḍalangan ragam Jogjakarta Hadiningrat sepandjang djalinan sedjarah selama 200 tahun, dengan kesimpulan bahwa Kebudajaan/Kesenian Jogjakarta sedari ia itu dilahirkan, tidak statis, lebih-lebih steriel, melainkan selalu berubah, madju berkembang, berganti, dapat melaraskan diri dengan alam dan suasana baru, scrta pandai menumbuhkan senibudaja baru pula.

_______
BAB IV
SEKITAR SENI TARI GAJA JOGJAKARTA SELAMA 200 TAHUN.

SETELAH berachirnja perang GIANTI pada 13 Februari 1755, MATARAM dibagi mendjadi dua, SURAKARTA (waktu itu jang sedang bertachta Sri Susuhunan Paku Buwono III) dan JOGJAKARTA Sri Sultan Hamengku Buwono ke I).

Dari Surakarta Sri Sultan Hamengku Buwono ke I membawa ahli-ahli seni kerawitan, sungging dan tari, diantaranja: Ki Surabrata dan Ki Prawiralaja, dua-duanja ahli dalam seni-tari.

Maka mula-mula bentuk tari Jogja dan Solo itu sama, ialah jang asalnja dari MATARAM. Ini dapat dibuktikan, bahwa waktu Sri Sultan Jogjakarta datang berkundjung di Surakarta beliau didjamu beksa „TAJUB” dan beliau sendiri turut serta menari.

Sri Sultan Hamengku Buwono ke I menggubah (jajasan Hamengku Buwono I) beksan TRUNADJAJA nama beksan ini didasarkan menurut namanja golongan abdi-dalem „TARUNA-DJAJA” (taruna = muda dan djaja = menang), sesuai dengan sifat-sifat tarinja, jang mempergunakan sendjata lawung (sematjam tombak tetapi tidak pakai mata tombak) mengesankan suatu latihan perang-perangan. Tarian dilakukan oleh 42 orang pelaku (menurut J. GRONEMAN) bertempat di Kepatihan Danuredjan pada waktu sesudah upatjara perkawinan Keraton bila Sri Sultan menantu. Beksan ini biasa djuga disebut beksan „LAWUNG” menurut alat sendjata jang dipergunakan.

Ada dua matjam beksan lawung ialah:
1. Lawung alus (gerak tarinja alus).
2. Lawung gagah (gerak tarinja gagah).
Djumlah penari.
 1. Beksan lawung alus:
 a. Penari alus sebagai „djadjar” = 4 orang.
 b. Penari alus sebagai „Lurah” = 4 orang.
 c. Penari gagah sebagai „botoh” = 4 orang.
2. Beksan Lawung gagah:
 a. Penari Bapang sebagai „Djadjar” = 4 orang.
 b. Penari Kalang Kinantang sebagai „Lurah” = 4 orang.
 c.   „   „   „   „   botohnja = 2 orang.
 d. Penari pembawa lawung (plontjon) = 4 orang.

 e. Penari Pelajan, biasa disebut „Sala'oto” 2 orang.

139