Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/178

Halaman ini tervalidasi

utusannja terdiri dari dua pemuda, ialah R. Wiwoho dan R.M. Notosutarso, maka berdirilah K.B.W. pada tanggal 17 Agustus 1918, dengan susunan Pengurus:

P.A. Surjadiningrat sebagai Ketua.
P.A. Tedjakusuma sebagai Pemimpin Peladjaran tari.
R.T. Wiroguno sebagai pemimpin peladjaran gamelan.
R.M. Djajadipura sebagai Pemimpin Kapudjanggan.
R.W. Surjamurtjita (sekarang K.R.T. Wiranegara) sebagai sekretaris.
R.T. Puspadiningrat sebagai Bendaha ra.
R.T. Atmawidjaja, R.W. Puspadirdja, R.W. Sastrasuprapta, R.P. Djajapragola, dan P.A. Surjawidjaja sebagai Komisaris-komisaris.

 K.B.W. dan JONG JAVA bekerdja sama dalam menjelenggarakan seni tari ini: K.B.W. menjediakan Guru-guru dan Jong Java menjediakan murid-muridnja dari sekolah-sekolah landjutan. Selain memberi peladjaran tari wajang-orang, K. B. W. djuga memberi peladjaran tari-Bedaja — Serimpi, dan tidak lupa pula mengadjarkan tari wajang-orang, jang digubahnja setelah mengadakan pertundjukan wajang-orang Topeng jang dilakukan oleh penari-penari dari desa-desa dibawah pimpinan para dalang.

 Selain itu diluar Daerah Jogjakarta djuga didirikan tjabang-tjabangnja, seperti di Djakarta, dibawah pimpinan Prof. Dr. Prijana dan di Malang oleh Dr. Surodjo, tetapi tidak dapat langsung sebab sedjak djaman Kemerdekaan dua tjabang itu sudah tidak merupakan tjabang K.B.W. lagi. Di Malang berganti nama Mardi Budaja dan Djakarta bernama ,,Indonesia Tunggul Irama” (INTI) dengan Sdr. Drs. Kuntjaraning sebagai pelopor dan pendirinja (bekas Wakil Ketua Irama Tjitra). Banjak pertundjukan-pertundjukan jang telah diselenggarakan oleh K.B.W. terutama pada djaman pendudukan Djepang (97 kali) dan tidak sedikit pula tenaga-tenaga penari jang telah dihasilkan jang setjara tidak langsung mempunjai pengaruh besar didalam banjak usaha-usaha perkembangan seni tari gaja Jogjakarta hingga dewasa ini.

 Sedjak tahun 1931 di Taman Siswa Pusat djuga dipeladjarkan tari Bedaja Serimpi dengan mengambil Guru-guru dari K.B.W.

 Sedjak proklamasi Kemerdekaan R.I. pada tanggal 17 Agustus 1945 hingga kira-kira Maret 1946 tak terdengar sesuatu tentang peladjaran kesenian Djawa, chususnja seni tari. Sebab semua tenaga dikerahkan untuk merebut kekuasaan dari lawan, baik Djepang maupun Belanda. Kesenian tidak terpelihara, jang didapat hanja pertundjukan-pertundjukan untuk kepentingan jang berhubungan dengan perdjuangan kemerdekaan kita waktu itu.

 Oleh segolongan pemuda peminat seni Djawa hal ini sangat dirasakan dan dichawatirkan adanja stansi dalam seni tarij kita. Maka pada rapatnja bertempat di Gedung B.T.I. djalan Bintaran Lor telah diambil keputusan bulat untuk tetap mengada- kan latihan-latihan peladjaran seni tari (rapat pada pertengahan bulan Maret 1946). Untuk usaha mengumpulkan tenaga-tenaga, sebagai sjarat diadakan pertundjukan setjara besar-besaran dengan mengambil tjeritera „TJALON ARANG” bertempat dibangsal Kepatihan, jang diketuai oleh Sdr. Wasista Surjadiningrat, dibantu oleh Sdr. Sudharso dan Suhardono almarhum sebagai pimpinan teknisnja. Pertundjukan ini dilakukan pada tanggal 14 Djuli 1946. Para penari dan petugas-petugas lainnja sampai kepada pemukul gamelannja dilakukan oleh para peladjar sekolah landjutan, siswa K.B.W. dalam seni tarinja. Setelah pertundjukan itu berhasil memuaskan, maka dirasa perlu akan adanja suatu organisasi jang dapat memberikan peladjaran-peladjaran kesenian Djawa. Maka terbentuklah badan persiapan untuk satu tahun jang tudjuannja

142