Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/206

Halaman ini tervalidasi

13 April, Mr. Moh. Roem memberi keterangan kepada Wartawan U.P. antara lain dikatakan bahwa Sri Sultan Hamengku Buwono IX bersedia mengorganisir Pemerintahan di Jogjakarta dalam tempo 2 djam, jang keamanannja akan didjaman oleh Polisi Negara R.I.

20 April, mulai djam 22 sampai dekat pagi, Ibukota Jogjakarta diserang oleh Gerilja. Akibatnja, pihak tentara Belanda mendapat kerugian besar.

21 April, Hari Kartini dirajakan didalam rumah pendjara Wirogunan oleh para tahanan politik. Selain lagu Kartini, lagu Indonesia Rajapun berdengung djuga.

28 April, sekali lagi Sri Sultan Hamengku Buwono IX berangkat ke Djakarta, terus ke Bangka, mendjumpai Wk. Presiden Hatta.

27 Mei, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, jang oleh Pemerintah R.I. sudah diangkat mendjadi Menteri Negara Ko-ordinator Keamanan dalam Negeri membuat pengumuman, „bahwa sesudah tentara Belanda mengundurkan diri, semua Rakjat, termasuk djuga Warga Negara keturunan Asing, demikian djuga orang-orang jang bekerdja pada Pemerintah Federal, keamanan dan keselamatannja akan didjamin”.

28 Mei, dalam kesibukan mempersiapkan pemulihan R.I. di Gedung Kepatihan, tiba-tiba pihak Belanda menjerbu, melakukan penangkapan-penangkapan, dan membeslag surat-surat. Berhubung dengan itu Sri Sultan Hamengku Buwono IX membuat protes.

1 Djuni, dua orang Mahasiswa puteri, Astuti Ds. dan Ety Sm. jang ditangkap Belanda sedjak 25 Pebruari 1949 karena dituduh mengambil bagian dalam gerakan Gerilja, tetapi oleh Raad van Justitie Djawa Tengah dibebaskan, sungguhpun demikian masih di Stadsarrest di Semarang, atas protesnja Menteri Negara Ko-ordinator Keamanan Dalam Negeri, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dipulangkan ke Ibukota Jogjakarta dengan kapal udara.

25 Djuni, tentara Belanda mulai ditarik dari Jogjakarta.

29 Djuni, Ibukota Jogjakarta ditinggalkan oleh Tentara Belanda.
Dalam tempo. 24 djam, penduduk didalam Ibukota Jogjakarta dilarang keluar rumah. Tindakan itu perlu diambil, berhubung dengan mundurnja Tentara Belanda meninggalkan Jogjakarta.

30 Djuni, kekuasaan Pemerintah Daerah Istimewa Jogjakarta kembali ditangan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Menteri Kasimo, Prawoto Mangkusasmito, keduanja Anggauta B.P. K.N.I.P. pulang dari Daerah Gerilja. Dengan pesawat Unci dari Djakarta, Moh. Natsir, Mr. Sartono., Latjuba dan Gusti Djohan pulang ke Ibukota, dari Daerah Gerilja.

5 Djuli, untuk menjambut kedatangan Presiden, Wk. Presiden Hatta cs., maka datanglah dari Djakarta: Mr. Cochran, Mr. Critchen, Mr. Herremans, Prof. Mr. Dr. Soepomo dan Darmasetiawan.

6 Djuli, Presiden Sukarno, Wk. Presiden Hatta dan kawan-kawannja jang dahulu diasingkan keluar Djawa, tiba di Ibukota Jogjakarta. Dilapangan terbang Maguwo disambut oleh Rakjat dengan penuh kegirangan. Dalam perdjalanan ke Gedung Negara, mobilnja sengadja didjalankan dengan perlahan, untuk

164