Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/21

Halaman ini tervalidasi

meloloskari diri dari dalam Keraton ke Ponorogo. Pengalaman jang sangat getir itu, disebabkan kekurangan-kekurangan dalam siasat militer, mungkin bentuk dan susunan Keraton Kartasura dimasa itu hanja dipandang dari sudut keindahan sadja, kurang memperhatikan siasat pertahanan, hingga didalam menghadapi musuh, djalan untuk mengatur siasat, dan kalau perlu untuk mengosongkan Keraton, kurang mendapat perhatian.


Sebaliknja, pada waktu Keraton Modjopait diserbu oleh tentara Demak dari segala pendjuru, hingga boleh dikata dikurung rapat-rapat, dengan mendadak Keraton mendjadi kosong, tentara Demak sama sekali tidak dapat mengetahui kemana Sang Brawidjaja telah meloloskan diri.


Besar kemungkinannja kedua kedjadian inilah jang mendorong Sri Sultan Hamengku Buwono I menitahkan untuk membuat Taman Sari, lengkap dengan sebuah tempat jang menondjol keatas, jang umumnja disebut Pulau Kenanga atau Tjemeti, lengkap pula dengan djalan-djalan didalam tanah jang menembus keluar Kota, dan lengkap pi.ila dengan pintu-pintu air, kalau ditutup bisa merubah keadaan Taman Sari mendjadi serupa danau besar, hingga segala jang ada disekeliling Taman Sari mendjadi musnah, tidak kelihatan sama sekali. Dalam keadaan demikian, kalau perlu Keraton dapat dikosongkan dengan mengambil djalan didalam tanah.


Lebih djauh untuk memperkuat; bahwa pemilihan tjalon Ibukota NgajogjakartaAdiningrat tidak dengan tjara sembarangan, artinja tidak sadja dipandang dari sudut pertahan 4 n, tetapi djuga dari sudut keadaan alam, bisa dibuktikan derigan adanja kedjadian-kedjadian jang achir ini, berhubung dengan meletusnja gunung Merapi. Ahli-ahli gunung berapi mengatakan, bila lava-prop jang menutup mulut kawah. Mera pi djatuh kedalam, sangat dichawatirkan Merapi akan meletus dan lambungnja akan petjah belah. Kalau terdjadi demikian, Kota. Magelang, Bojolali, Salatiga akan terantjam bal).aja besar, tetapi orang-orang didalam kota Jogjakarta, boleh tidak usah berchawatir, karena baik bandjir air atau ladu, maupun gloedwolk, tidak akan bisa menimpa Kota Jogjakarta, karena ia mempunjai perisai beberapa gunung ketjil dan beberapa djurang, jang sama melintang diantara Merapi dan Kota Jogjakarta.


Bagi me:reka jang tidak atau kurang mengenal tentang sedjarah lahirnja Ibukota Ngajogjakarta -Adiningrat, sama beranggapan bahwa kemuqjuran dalam peristiwa keinungkinan meletusnja Merapi itu, hanja karena kebetulan ·sadja, tetapi kalau kita mengikuti sedjarah-sedjarah perlawanan Sri Sultan Hamengkli Buwono I, sepandjang itu beliau cs. naik turun pada puntjak dan lereng-lereng gunung Sundoro (= Sindoro = Sundari), Sumbing dan Merapi, maka tidak bisa dibantah lagi bahwa beliau sangat mengenal akan alam sekeliling pegunungan-pegunungan tersebut diatas, dan besar kemungkinannja pengetahuan ini djuga merupakan faktor penting dalam menentukan tempat jang akan didjadikan Ibukota.

IBU KOTA JOGJAKARTA.

PADA bagian atas telah disebut, bahwa ,,Perdjandjian Gianti" telah terdjadi pada tanggal 29 Rabiuiakir 1680 atau 13 Pebruari 1755, dan menurut tjatatan ,,peringatanperingatan Kera ton Surakarta", Palihan N agari di peringati dengan tj andra sengkala ,,Tunggal pangesti rasaning djanmi" = 168( jaitu pelaksanaannja membagi Negara Mataram mendjadi dua, sebagian mendjadi kekuasaan Sri Susuhunan Paku Buwono III dan sebagian mendjadi kekuasaan Sri SuJtan Hamengh1 Buwono I. Sedjak itulah


16