Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/35

Halaman ini tervalidasi

Sedjak lahirnja benteng Vredesburgh, penghuni benteng itu telah memakai waterleiding, pusat mata - airnja ada didesa Karanggajam. Achirnja air itu, dialirkan kedalam Keraton. Kalau ada salah satu sebab jang mendorong perluasannja waterleiding keseluruh kota, sebab itu sebagian besar adalah perluasan pembangunan gedung-gedung di Kotabaru, jang dimulaikan setelah achir perang dunia pertama. Kompleks itu merupakan kampung orang-orang kulit putih, jang dimasa itu dalam segala keperluan hidupnja mendapat prioritet terdahulu, diantaranja termasuk kebutuhan air didalam rumah tangganja. Faktor itulah jang mendorong perluasan waterleiding. Kekurangannja air dari Karanggajam, ditambah dari Kalikuning, Kali- urang.

Hampir bersama-sama dengan itu, dinas Pekerdjaan umum, jang dimasa itu lebih terkenal dengan Z.W., mulailah pekerdjaan pembangunan-pembuangan air dan kotoran dengan melalui selokan-selokan didalam tanah (riool). Dengan selesainja pekerdjaan ini, Ibukota kita tertjatat sebagai Ibukota ketiga diseluruh Indonesia, jang mempunjai anak-anak sungai didalam tanah, untuk pembuangan air dan kotoran dari kampung-kampung keluar kota, hingga dalam rumah tangga, pekarangan, djalan- djalan, terutama jang ada didalam kompleks kampung-kampung Belanda, sama sekali tidak pernah terlihat pertjomberan, atau air tertahan, jang menimbulkan bau-bauan busuk dan sarang njamuk.

Usaha untuk menjehatkan Ibukota itu belakangan diketahui menimbulkan kerugian bagi daerah-daerah luar kota, sebab air dan kotoran-kotoran dari Ibukota itu kerap kali mengandung benih-benih penjakit jang bisa merugikan kesehatan penduduk desa, jang umumnja sama memakai air sungai, jang tertjampur dengan air pembuangan dari Ibukota. Djustru karena ini, maka dinas kesehatan bersama-sama dengan Z.W. telah mendirikan pesawat pembersihan air dan kotoran dari semua pembuangan, sebelum masuk kesungai-sungai jang mengalir kedesa-desa. Waterverzuivering, demikianlah nama pesawat pembersihan itu, didirikan di kampung Ngasem, terletak disebelah Barat pasar. (1).

Air kotor sesudahnja masuk kedalam pesawat itu, mendjadi bersih kembali, sedang kotoran-kotorannja mendjilma mendjadi gemuk tanaman.

Letaknja Ibukota kita jang merupakan djembatan jang menghubungkan Djawa- Timur dan Djawa-Barat, hawa udaranja jang sehat, kebersihannja jang bisa dibangga- kan, jang sangat kaja dengan pemandangan alam jang indah-indah, dekat dan mudahnja hubungan dengan Barabudur, Mendut, Kalasan, Prambanan dan Tjandi-Sewu, jaitu peninggalan? didjaman Djawa-Hindu jang sangat termashur, ditambah pula dengan hasil-hasil keradjinan tangan dari tanduk, penju, tulang, perak, perak-bakar dan lain-lain, djuga dengan terkenalnja kesenian-kesenian kerawitan, seni suara dan seni tari, Wajang orang Keraton, terutama pada djaman Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, merupakan faktor-faktor penting jang menarik hatinja kaum touristen luar Negeri, untuk mendjadi tamu-tamu Ibukota kita, terutama setelah diorganiseer oleh Touristen bureau ,,Djocja Vooruit”.

Menurut perhitungan djiwa, pada tahun 1937, berdasarkan perumahan, pene- rangan, waterleiding dan alat-alat kebersihan kota jang bisa dipertanggung djawabkan, hanja untuk mentjukupi kebutuhan 47.000 keluarga, atau kira-kira 235.000 orang. Dengan menilik djumlah penduduk kota jang tambah menambahnja tidak bisa dibatasi,


(1). Sedjak pendudukan Djepang, waterverzuivering itu dibumi-hanguskan.

27