Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/40

Halaman ini tervalidasi

dari para Pemimpin dan alat kekuasaan Negara, tetapi djuga penduduk preman jang merasa kurang aman didacrah-daerah jang sudah dimasuki tentara Serekat, dan rombongan tentara Keradjaan Belanda, sama turut djuga mengungsi ke Ibukota kita. Karenanja Ibukota kita mengalami bermatjam-matjam kesulitan, terutama dalam soal perumahan, baik untuk keperluan kantor-kantor Kementerian-Kementerian atau djawatan-djawatan, baik untuk tempat tinggal. Sukurlah semua itu diterima dengan tangan terbuka oleh penduduk Ibukota kita, hingga bagaimana djuga semuanja bisa ditjukupinja dengan tidak banjak bitjara. Hampir semua Kepala rumah tangga, dengan senang hati menerima kedatangan mereka, meskipun rumahnja mendjadi penuh sesak karenanja.

Salah satu hal jang agak gandjil kedengarannja, dimasa itu tiap-tiap rumah penghuninja terdiri dari beberapa keluarga, bahkan sebuah rumah dikampung Bedji, penghuninja 10 keluarga. ,

Tidak bisa dilupakan djuga, bahwa Pemerintah Dacrah Istimewa Jogjakarta telah menjerahkan semua gedung-gedungnja untuk keperluan para Pemimpin Negara atau untuk keperluan kantor-kantor Kementerian dan djawatan-djawatan.

Pendek kata, bagaimana djuga, Ibukota kita bisa menerima kewadjiban jang sangat berat itu sampai batas kekuatannja jang terachir.

Dan, kita sebagai ,,Tuan rumah”, harus merasa bersukur kepada Illahi, bahwa kita dianugerahiNja kekuatan untuk memikul kewadjiban sutji itu.

Sedjak itu pula, nama Ibukota kita, Jogjakarta, berkumandang keseluruh dunia, hingga tidak ada surat-surat kabar Internasional jang keluar dengan tiada menjebut nama ,,Jogjakarta”, karena sedjak itu tidak sadja Kemudi Negara dan pimpinan. perdjuangan Republik Indonesia berpusat dan ,,dimasak” disini, tetapi disini pula tempat perkembangan kekuasaan dan pengaruh: Republik Indonesia, baik kedalam, maupun keluar Negeri.

Dalam sedjarah uang Republik Indonesia-pun dilahirkan dan mulai bercdar dari Ibukota Jogjakarta, jaitu sedjak tanggal 26 October 1946, dengan ketentuan perbandingan nilai dengan uang Djepang 1: 50 untuk didaerah Djawa, dan untuk Daerah Sumatra 1: 100.

Berdasarkan dengan beberapa faktor itu, psychologis berpengaruh djuga pada djiwa orang-orang diluar Jogjakarta, untuk ingin melihat dan mengetahui Ibukota ini, malahan djuga tidak sedikit jang sama ingin mendjadi penghuni tetap dalam Ibukota kita ini. Sendirinja banjaknja penduduk, baik jang sudah mendjadi penduduk tetap, maupun jang hanja datang sebagai tetamu sadja, merupakan daja penarik bagi hatinja pedagang-pedagang untuk memasuki Jogjakarta.

Karena ramainja pasar, hingga keperluan hidup jang dimasa itu memang susah didapatkan dilain tempat, mudah bisa didapatkan di Ibukota kita ini, merupakan kekuatan gaib djuga untuk memanggil orang-orang untuk sekali-sekali berkundjung ke Ibukota Jogjakarta.

Ibukota kita dimasa itu tidak sadja mendjadi pusat perhatian seluruh Indonesia, tetapi djuga dari dunia Internasional.

Bukan rahasia lagi, bahwa bagi penduduk diluar Djawa, dalam kalangan per- djuangan, Jogjakarta dipandang scbagai ,,Mekahnja”, hingga mereka jang berdjuang, belum merasa puas hatinja bila belum pernah berkundjung ke Ibukota Jogjakarta.

Demikianlah, mulai Ibukota Jogjakarta ,,dinobatkan” mendjadi Ibukota Republik Indonesia, terus-menerus telah dibandjiri penduduk dari segala pendjuru, terutama


32