Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/69

Halaman ini tervalidasi

Maka teranglah sudah bahwa Jogjakarta sedjak berdiri pada tahun Masehi 1755, telah mengadakan perdjandjian dengan V.O.C. di Gianti, dan karenanja disebut „Perdjandjian Gianti”. Selandjutnja Keraton Jogjakarta terus-menerus mendjadi Negara djadjahan. Dalam pendjadjahan sedemikian rupa tidak ada kemungkinan, orang dapat menindjau tentang tinggi dan rendahnja pendidikan dan pengadjaran jang ada dalam djiwa masjarakat didaerah Jogjakarta.

Disebabkan dari anasir-anasir jang tersebut diatas, maka sedjarah pendidikan dan pengadjaran di Kota Jogjakarta baru dapat dimulai sedjak tahun 1900.

Sedjarah jang berdasarkan kenjataan itulah sedjarah jang dapat agaknja dipertanggung djawabkan.

Dengan setjara terus-terang saja merasa sangat ketjewa bahwa saja kekurangan dokumentasi.

Sjukurlah dengan perantaraan Pusat Panitya sendiri usaha untuk mentjari dokumentasi jang mengandung isi pendidikan dan pengadjaran di Kota Jogjakarta, berhatsil meskipun hanja berupa pengalaman-pengalaman dari para jang berusia landjut (poro sepuh) dan dongengan-dongengan dari para leluhur dimana jang telah lalu.

Dengan mengingat keterangan tersebut diatas tjara menulis sedjarah pendidikan dan pengadjaran di Kota Jogjakarta ini akan saja bagi mendjadi beberapa bab: pembagian ini berdasarkan atas djiwa masjarakat dari sebelum dan sesudah tahun 1900 hingga pada masa jang kita alami sekarang ini.

TUDJUAN PENDIDIKAN UMUM.

Jang dimaksud dengan pendidikan itu ialah memimpin dan membiasakan anak-anak menudju kearah kesehatan badan dan kesehatan rochani bangsanja. Sudah barang tentu masing-masing bangsa telah mempunjai konsepsi tentang batas-batas dan kelandjutan pendidikan jang dianggapnja baik dan berfaedah bagi sianak pada hidupnja dimasa depan.

Indonesia jang dirupakan rentetan kepulauan-kepulauan dari Barat sampai ke Timur, mengenai soal pendidikan, biarpun sedikit ada perbedaannja. Perbedaan itu disebabkan atas iklim, kebudajaan dan agama jang berkembang pada tiap-tiap Daerah jang bersangkutan.

Rumah tangga sebagai pusat dan sjarat.

Masalah Pendidikan di Jogjakarta pada masa jang lampau pada umumnja belum memerlukan pendidikan dalam arti biasa, tetapi jang mendjadi pusat dan sjarat pendidikan ialah berupa kesedjahteraan rumah tangga, atau dengan kata lain, pendidikan berpusat pada kesedjahteraan dan keutuhan hidup bersama antara ibu dan bapak, karena telah mendjadi adat kebiasaan jang turun-temurun bahwa ibu dan bapaklah jang bertanggung djawab atas segala hal-ichwal kehidupan anak-anaknja. Dengan adanja kebiasaan itu para ibu dan bapak merasa harus bertindak sebagai tjontoh (katja-benggala Dj.). untuk anak tjutju dan keturunan mereka selandjutnja.

Apabila terdjadi perselisihan antara ibu dengan bapak, bagaimana djuga „udara panas” itu tetap merupakan rahasia besar bagi anak-anaknja, hingga dimata anak-anaknja tidak nampak tanda-tanda bahwa ibu atau bapanja sedang dalam keadaan berselisih. Sehari-hari anak-anaknja melihat keadaan dalam suasana damai dan tenang. Tjahaja

muka sang Ibu senantiasa memperlihatkan setia dan hormat kepada sang suami.

55