Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/73

Halaman ini tervalidasi

Pendidikan kerdja berdjalan terus.

Bagi anak-anak perempuan (gadis-gadis) nasehat-nasehat Ibu-bapak kepada anaknja jang merupakan pendidikan, berdjalan setiap hari. Semuanja didjalankan dengan tertib, tetapi keras. Anak-anak perempuan diharuskan selalu membantu pekerdjaan Ibunja, tentang urusan rumah-tangga, membantu pula tentang urusan jang berkenaan dengan mata-pentjaharian ibunja. Pada masa itu belum banjak anak perempuan jang pergi kesekolah.

Baik anak perempuan maupun anak laki-laki jang besar, diberi kewadjiban mengasuh adik-adiknja pada tiap-tiap hari.

Bagi anak laki-laki:

Pendidikan kepada anak laki-laki tidak djauh bedanja dengan sifat pendidikan jang diberikan kepada anak perempuan. Kepada anak laki-laki diberi kewadjiban djuga tentang kebersihan rumah:tangga: misalnja menjapu lantai (djogan Dj.), mengatur dan membersihkan perkakas rumah, menjapu halaman pada waktu pagi dan sore, mengambil air (ngangsu Dj:) memelihara karang kitri (pohon-pohonan jang berbuah). Ketjuali itu masih ada lagi jang harus dan pasti didjalankan setiap hari, ialah membuat air teh untuk bapaknja, atau sewaktu-waktu ada tamu. Setelah kewadjiban diwaktu pagi itu selamat, anak laki-laki pergi kesekolah, untuk menuntut ilmu pengetahuan umum. Pulang dari sekolah dirumah telah ada persediaan makan sekedarnja berupa segodjangan (nasi dan sajur). Selandjutnja membantu pekerdjaan ajahnja dan momong (mengasuh) adik-adiknja.

PENDIDIKAN AGAMA.

Mutihan dan Abangan.

Sebelum tahun 1900 masjarakat' di Kota Jogjakarta seluruhnja merupakan masjarakat Islam, meskipun .masjarakat itu terpisah mendjadi dua golongan jaitu santri mutihan dan santri abangan tetapi mereka bersatu djuga apabila ada kepentingan peralatan Agama. Jang disebut.santri mutihan (disingkat santri) umumnja ialah jang mendjalani lima waktu. Jang tidak demikian disebut santri abangan (disingkat abangan). Oleh karena memeluk agama Islam, tidak mengherankan hampir diseluruh kampung terdiri beberapa buah langgar jang dipergunakan untuk:

  1. Menunaikan bersembahyang.
  2. Tempat pengadjian jang pertama ialah mulai huruf hidjaijah alaves hingga membatja Al-Quran.
  3. Amat makruf nahi mungkar.
  4. Hukum batal, charam, nadjis, makruh.


Pada umumnja anak-anak baik laki-laki maupun perempuan diwaktu habis Magrib, mereka itu pergi ke langgar untuk menuntut peladjaran jang berhubungan dengan Agama, sampai waktu sembahjang Isja.

Guru-guru. Agama.

Dalam sepekan: pengadjian ditutup sekali, pada. Hari malam Djum'at. Jang memberi peladjaran umumnja seorang Lebai (Kaum) dikampung itu. Mereka jang beladjar di langgar, diwadjibkan menjokong paling sedikit satu sen tiap-tiap sepekan.

57