Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/76

Halaman ini tervalidasi

mendjadi seorang pendeta puteri, bertapa dan tidak berpakaian, bertelandjang bulat, hanja dengan rambutnja jang terurai pandjang, untuk menutup anggauta tubuhnja.
Dan lain-lain masih banjak.

Pengadjaran berdasarkan adat mengenal Sedjarah.

Para Djedjaka (Pemuda) kebanjakan sering berkumpul pada suatu rumah-tangga, untuk bersama-sama akan mengenal sedjarah nenek mojang, dengan membatja kitab-kitab babad (tambo) jang tertulis dalam puisi. Berdasarkan adat (tembang motjopat) bahasa dan huruf Djawa. Kitab babad jang termasuk pilihan antara lain: Babad Pedjadjarari, Babad Demak, Babad Mataram dan Babad Gianti. Orang-orang tua atau para ahli membatjanja ganti-berganti, dan diterangkan pula maksud-maksudnja setjara sederhana.

Kebiasaan berkumpul demikian ini biass pada malam Djum'at-biasa, Djum'at-Kliwon, Anggara-Kasih = Selasa Kliwon, dimulai sehabis Isja sampai djauh malam.

Djagongan Bajen.

Bertalian erat dengan adat-istiadat dalam masjarakat masih terdapat pula sebuah tjara jang dengan tidak langsung bersendi pendidikan mengenal sedjarah, ialah pada saat-saat ada salah seorang tetangga jang melahirkan anak, biasa disebut dengan istilah Djagongan Bajèn. Waktunja dimulai djuga sehabis sembahjang Isja sampai djauh malam.

Dalam „Djagongan-Bajèn” itu, duduklah beberapa orang tua-tua jang telah banjak pengalaman dan pengetahuannja tentang Mensenan Djawa, jang memberikan berkahnja kepada baji jang baru sadja lahir.

Pertemuan ramah -tamah itu biasa diramaikan derigan pembatjaan kitab-kitab babad, jang membatja dan menerangkan para pengetua Jang turut scrta dalam pertemuan itu.

Tjara memimpin lagu.

Sebelum Sekolah Taman-Siswa lahir ditengah-tengah masjarakat Jogjakarta, titi swara tidak dikenal orang, karena memang belum ada suatu tjara untuk mengadjarkan njanjian dengan titi swara. Sebab itu tjara memberikan pengadjaran menjanji hanja dengan tjara dibiasakan menjanji berulang-ulang atau menjanjikan suatu susunan kata-kata jang tidak ada artinja (hanja Guru lagu) umpama akan memberikan.

Kinanti:

1. Uningana uni anung

2. Uningana uni ening

3. Uningana uni ana

4. Uni-ana uni uning

5. Uningana ana una

6. Uningana uni ening

= (u)

= (i)

= (a-legena)

= (i)

= (a-legena)

= (i)


60