Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/80

Halaman ini tervalidasi
Kepandaian Puteri.

Pendidikan pekerdjaan tangan bagi para puteri bangsawan.

Didalam Kadaton (istana) dan Pura-Paku-Alaman pendidikan kerdja bagi para putri Radja dan para sentana (kaum kerabat radja-radja), meskipun tidak nampak tegas, karena pendidikan itu berdjalan dengan tjara saling memimpin antara: para dajang-dajang biti-biti perwara). Pendidikan kerdja itu biasanja dibawah pimpinan seorang santana putri jang telah berusia landjut dan jang telah banjak pengalamannja. Matjam pendidikan kerdja itu jang diutamakan adalah kepandaian puteri, antara lain:

  1. Membatik kain, mulai dari membasuh kain putih, nglojor ngemplong mlipit d.l.l. Setelah itu mulai membatik, dengan diberi petundjuk-petundjuk dari pemimpinnja atau dari kawan-kawannja jang sudah berpengetahuan.
  2. Memotong dan mendjarumi badju sendiri.
  3. Menjungket perhiasan-perhiasan alat-alat dan perkakas rumah tangga, jang terdiri dari kain. Semuanja itu pendidikan untuk para puteri bangsawan. Bagi para wanita jang bukan golongan tersebut diatas, pendidikan pekerdjaan tangan hanja terbatas membatik dan memotongi pakaian sadja.

Pendidikan pekerdjaan tangan bagi para gadis remadja (pemudi) biasa, pada umumnja mendapat peladjaran pekerdjaan tangan dengan djalan membantu pekerdjaan Ibunja, terutama mengurus rumah tangga, jang berhubungan dengan pentjaharian keluarga antara lain tjutji-mentjutji, masak-masak, merawat adik-adiknja d.l.l.

Pendidikan rochani.

Anak-anak baik laki-laki atau perempuan sedjak ketjil umumnja mendapat didikan untuk mengendalikan hawa nafsu, dengan djalan: berpuasa pada tiap-tiap hari Senen dan Kemis, djuga pada hari kelahirannja, demikian djuga pada bulan Puasa. Disamping itu bagi jang sudah dewasa, dibiasakan „kurang tidur” dengan djalan „masuk tidur setelah djauh malam”, dan mereka bangun pada pagi-pagi benar.

Pendidikan Sitertijaan tangan bagi para djedjaka, umumnja ditudjukan kepada keahlian orang tuanja, dengan maksud supaja mereka bisa meneruskan pekerdjaan dan keahlian orang tuanja. Inilah sebabnja maka sampai sekarang kita masih bisa melihat pekerdjaan-pekerdjaan jang sedjak dahulu tetap dipegang oleh suatu keluarga, turun-temurun. Hanja para bangsawan pemuda ke anak² pegawai Gubermen, mengambil langkah lain, untuk mendapatkan lapangan penghidupan baru.


64