e. Idjazah.
Hanja sekolah Sri Menganti dan Pagelaran sadja jang memberi idjazah
kepada murid-murid, jang telah dianggap tjukup peladjarannja. Idjazah itu ditanda
tangani: 1. Kepala-Sekolah.
2. School-Commissie.
3. Resident (Assistent Resident).
Para murid jang beridjazah itu, boleh melandjutkan ke Sekolah Tjalon Guru dan
Sekolah Tjalon Pangreh Pradja dengan menempuh udjian.
f. Gadji para guru pada kedua sekolah tersebut diatas, diterima dari kantor 'sLands
Kas dikota Jogjakarta, dan segala biajanja dipikul oleh Pemerintah Hindia-Belanda,
Pemerintah Kasultanan Jogjakarta hanja menjediakan tempat sahadja. Adapun
uang sekolah jang terendah f. 0,25. dan jang terbesar f£. 1,25 tiap-tiap bulan. Uang
sekolah itu tiap-tiap bulan disetorkan kedalam 'sLands Kas djuga.
g. Nama-nama Kepala Sekolah pada sekolah tersebut jang terachir: Kepala Sekolah
Sri Menganti jang achir bernama M. Ng. Sumodisastro.
Kepala Sekolah Pagelaran jang achir bernama R. Atmosudiro.
DIDIRIKAN.
Lantaran tiada dokumentasi, saja hanja dapat memperhitungkan dengan tjara
kira-kira, jang berdasar peraturan „Tanam-Paksa” jang dimulai pada tahun 1830,
dan kemadjuan perkebunan milik modal asing, sesuai dengan bunji „Undang-undang
Hak Tanah” pada tahun 1870, sebagai jang telah diuraikan diatas.
Sekarang ini bisa ditarik kesimpulan, bahwa Sekolah Sri Menganti, sekolah
Pagelaran dan beberapa sekolah partikelir lainnja didirikan sebelum tahun 1870. Keterangan
dapat dibuktikan dari sumber kitab sedjarah.
Kitab sedjarah Indonesia djilid III muka 107 s/d 108, hal Pengadjaran, karangan
sdr. Anwar Sanusi, menjebutkan demikian:
Pada masa kompeni (V.O.C.) tidak memikirkan pengadjaran bagi rakjat Indonesia, Pemerintah Belanda mendirikan sekolah rendah 1848. Sedjak awal abad ke-19
perusahaan-perusahaan asing makin madju, maka dengan sendirinja makin terasa
perlunja pegawai-pegawai rendah Indonesia. Itulah sebabnja di Jogjakarta didirikan
sekolah-sekolah rendah („sekolah-sekolah klas dua”), namun djumlahnja sama sekali tidak
mentjukupi, karena penjelenggaraannja itu dihubungkan dengan kebutuhan akan pegawai-pegawai pemerintah dan perusahaan-perusahaan asing.
Jang tersebut diatas itu, tidak menerangkan adanja pengadjaran bagi seluruh
Indonesia, tetapi hanja untuk daerah Jogjakarta sadja, sebelum tahun 1870 sudah ada
dua sekolah Gubermen Hindia Belanda ada di Sri Menganti dan di Pagelaran dan sekolah-sekolah partikelir jang dipangku para bangsawan dan pembesar di Jogjakarta, jang
riwajat dan bekas-bekasnja masih ada hingga sekarang.
Menurut Raden Ngabci Kartoasmoro, dalam kitab karangannyja, jang diberi
nama „Ngajogjakarta Pagelaran” huruf dan bahasa Djawa, jang diterbitkan pada
tahun 1927, halaman 31, terdapat keterangan, jang saja kutip dibawah ini:
AA