Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/9

Halaman ini tervalidasi

APAKAH SEBABNJA B.P.H. MANGKUBUMI DIAM-DIAM MENINGGALKAN SURAKARTA.

POKOK tulisan ini adalah ,,sedjarah tentang lahirnja Ibukota Jogjakarta", tetapi untuk mengupas sedjarah itu, saja rasa lebih baik kita menengok kebelakang dahulu, untuk mengupas tentang sebab-sebabnja mengapa B. P. H. Mangkubumi, pendiri Jogjakarta dan Ibukotanja, dengan setjara diam-diam meninggalkan Kata Surakarta, bersama-sama dengan para bangsawan dan pahlawan-pahlawan, jang sependapat dengan pendapat dan pendirian beliau, berkenaan dengan meradjalelanja kekuasaan V.0.C. di Djawa pada umumnja dan Keradjaan Mataram pada chususnja. Diantara pengikut-pengikut beliau, terhitung djuga Pangeran Hadiwidjojo, Pangeran Widjil II dan Pangeran Krapjak. Dengan memperhatikan soal-soal sekitar perlawanan itu tidak sadja kita dapat mengetahui tentang beberapa soal jang sangat djarang sekali disebut-sebut didalam sedjarah kita, tetapi djuga dapat mengetahui tentang ,,kelitjikan dan kelitjinan" V. 0. C. dalam memainkan tipu muslihat hingga mendapat hasil-hasil dan succes besar. Mengetahui djuga, bahwa succes dan kemenangan besar jang diperoleh V. 0. C., hingga dapat menguasai Indonesia pada umumnja dan Mataram pada chususnja, bukannja karena kekuatannja, tetapi jang terutama disebabkan kelemahan ,,kita", akibat ,,perpetjahan" dari dalam, dan karenanja ia dapat memindjam ,,tenaga'' dan ,,kekuatan" kita untuk menghantjurkan ,,tenaga" dan ,,kekuatan" kita sendiri.

Sedjak datangnja V.0.C. di Djawa sampai pada tahun 1705, .ia telah membuat 111 kali perdjandjian dengan Keradjaan Mataram. Perdjandjian-perdjandjian itu merupakan ,,perdjandjian dagang" sadja, soal-soal jang berkenaan dengan politik sama sekali tidak disinggung-singgung. Besar kemungkinannja karepa pada waktu itu kedudukannja disini tidak lebih daripada ,,orang asing jang mendatang, untuk mentjari keuntungan dengan djalan berniaga." Tetapi karena satu dan lain sebab, dan mengetahui djuga tentang kelemahan - kelemahan Mataram setelah dikemudikan oleh Sri Susuhunan Paku Buwono II, pula dengan bantuan orang - orang Mataram sendiri jang bekerdja didalam Pemerintahan, diantaranja ada jang mempunjai kekuasaan dan pengaruh besar, jang ,,djiwanja" sudah dibelinja, maka dalam perdjandjian No. 112, mulailah mengindjak pada lapangan politik, meskipun tidak terlalu luas. Perdjandjian itu antara lain disebut-sebut bahwa ,,sesuatu pelanggaran terhadap kepada V.O.C., V.O.C. berhak untuk menuntut terdakwa- terdakwa itu dihadapan pengadilannja V.O.C. sendiri, jang telah didirikan di Semarang sedjak tahun 1733".

Sementara itu, pada tahun 1742 karena ,,masakannja" V.O.C., di Djawa Tengah telah timbul pembrontakan jang terdiri dari orang-orang Tionghoa, berhasil mendapat ,,kemenangan" disepandjang pesisir Utara, mulai dari daerah Rembang, achirnja menggempur Kartasura, Ibukota Mataram. Karena kelemahan-kelemahannja Kartasura jang disebabkan perlawanan R.M. Said c.s. putera Pangeran Mangkunegara jang diasingkan ke Ceylon karena desakan V.O.C., maka djatuhlah Kartasura. Sri Susuhunan Paku Buwono II dengan ,,penasehatrtja", van Hohendorff, jaitu wakil Gubernur Djendral van Imhoff, jang ditempatkan di Semarang, dapat menjelamatkan diri ke Ponorogo. Dalam pada itu Sri Susuhunan Paku Buwono II telah meminta pertolongan V.O.C. untuk merebut kembali Ibukota Mataram. Ternjata ,,pertolongan" itu berhasil, tctapi direbutnja kembali Kartasura, pada hakekatnja tidak menambah keluhurannja Mataram, sebaliknja malahan seakan-akan defacto Mataram sudah

7