Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/95

Halaman ini tervalidasi

Kepala sekolah, bernama R. Atmosudiro, lalu diangkat mendjadi guru bahasa Djawa
di Osvia di Magelang.
Penggantinja R. Sujitno Martoatmodjo.

Guru-Pembantu   1. Somowidakdo.
              2. Sastrodikromo.
              3. R.M. Sukardi Prawirowinarso.

Adapun murid-murid pada sekolah Margojasan itu terdiri dari:
             a. Sebagian besar pindahan dari Pagelaran.
             b. Sebagian ketjil pindahan dari sekolah partikelir Djero Gede tersebut diatas.
             c. Dan dari sekolah-sekolah partikelir jang lain.

Sekolah klas II nomor 2 di Jogjakarta.

 Sekolah Djetis ini segala-galanja sama dengan Sekolah Margojasan. Sebabnja dianggap nomor jang kedua, berdasarkan Kepala Sekolah dan para guru pembantunja, merupakan tenaga pindah dari lain tempat. Sedang Sekolah Klas II no. 1 (Margojasan hampir seluruhnja dipindahkan dari sekolah Pagelaran. Kepala Sekolah jang pertama pada sekolah Djetis R. Darmowinoto, jang sedjak tahun 1912 diangkat mendjadi Kepala Sekolah klas I di Kintelan, sampai waktunja pensiun.

Taraf Kedua: 1903.

 Meskipun ditambah dengan berdirinja Sekolah kelas II no. 1 dan no. 2, tetapi sekolah-sekolah partikelir tidak mengalami kemunduran, bahkan ada jang terpaksa gulung tikar.

 Mulai tahun 1903 kota Jogjakarta mendapat tambahan Sekolah klas II no. 3, no. 4, no. 5. Tiga sekolahan itu didirikan bersama-sama. Sekolah klas II no. 3, ada di kampung Ngabtan dengan nama sekolah Sekolah klas II no. 3, Ngabean, disebelah Barat balai Kota. Sekolah klas II no. 4, ada digedung Sekolah klas II no. 1 tersebut diatas, dan gedung Sekolah II no. 1 dipindah kegedung baru, terletak sebelah barat gedung lama.

 Sekolah klas II no. 4 itu biasa dikatakan orang Sekolah Paku-Alaman, sedang Sekolah klas II no. I tetap disebut orang Sekolah Margojasan, sekolah klas II no. 5 ada disebelah timur plengkung (pintu gerbang) Gading, sebab itu disebut Sekolah Gading. Sekolah ini merupakan sekolah pertama jang disebelah selatan Bèntèng Keraton.

 Dengan adanja lima sekolah ini, maka dengan sendirinja sekolah-sekolah partikelir tersebut diatas gulung tikar semuanja. Karena rakjat telah dapat mengerti, bahwa sekolah klas II milik pemerintah itu sangat lebih sempurna dan dihargai dikalangan pemerintahan dan chalajak.

 Perlu diterangkan, bahwa sekolah klas II no. 3, no. 4, dan no. 5, merupakan sekolah rakjat jang hanja berkelas 3 sadja. Para murid jang tamat peladjarannja diklas 3 mendapat tanda tamat beladjar jang ditulis dalam huruf dan bahasa Djawa. Pada

tahun 1906 peladjarannja ditambah setahun lagi, belakangan ditambah lagi setahun, karenanja Sekolah-sekolah klas II dikota Jogjakarta peladjarannja sampai klas 5.

75