Halaman:Ksatrya.pdf/10

Halaman ini telah diuji baca

punjai keinginan dan tudjuan. Ia sudah memberi harta-benda tenaganja, bahkan dengan „hebat” dan „rojal” untuk mentjapai keinginan dan tudjuannja itu. Tetapi bagaimana ter jadinja? Ketika ia menerima, maka barang jang diterimanja itu tidak diberikan lagi kepada orang lain guna amal atau guna umum. Tetapi barang itu disimpan-untuk-diri-sendiri, karena hendak nikmatkan sendiri. Bagi orang jang bersifat demikian, matjam korban itu seperti orang jang hanja memakai mantram: memberi-untuk-menerima-sadja. Malah barang jang diberikan dengan hebat dan rojal tadi bukan barangnja sendiri.

Kembali kepada arti Ksatrya-Susila, maka ingatlah kami pada sifat P. Diponegoro. Beliau sungguh2 berniat memenuhi mantram korban memberi-menerima-memberi, Beliau memberi tidak hanja barang2 jang ketjil sadja, tetapi djuga harta, benda, tenaga pangkat bahkan sanak keluarganja ditinggalkan dengan ichlasnja. Djiwanjapun dalam perang diberikan.

Apakah keinginan dan tudjuan Beliau? Ingin menerima apakah Beliau? Menerima kebenaran dan keadilan. Untuk diberikan lagi kepada siapakah ? Bukan untuk diri-sendiri atau untuk kenikmatan, tetapi untuk rakjat murba.