bisa terdjadi, djika masjarakat sedang dihinggapi oleh permainan kesusilaan, seperti telah ditjeritakan dulu, jaitu djika nafsu prija-wanita, nafsu-harta, nafsu-tachta masih terus-menerus mendjalar dalam lingkungan masjarakat dengan dahsjatnja.
Saja ingat pada tjeritera Wajang Mintaraga atau Begawan Tjiptoning, jang menguraikan Sang Ardjuna sedang bertapa. Ta' perlulah kita uraikan betapa kedjajaan, kesaktian, keberanian sang Ardjuna. Bukti Ksatrya pendawa tersebut sudah tjukup. Meskipun demikian Ardjuna belum tjukup puas akan kekuatan batinnja. Ardjuna merasa bahwa kewadjibannja jang paling achir masih harus dipenuhinja. Barata-Juda sudah dekat, maka Ardjuna menimbang perlu melatih dulu, mendjalankan prihatin dulu sebelum muntjul didalam Kurusetra nantinja. Latihan ini memang hebat. Segala godaan, bahkan jang paling berat, godaan wanita dari Suralaja dapat ditolak dengan sekuat hatinja. Ardjuna bersiap sedia, dan nanti Sang Ksatrya tidak akan sembunji, tidak membolak-balik omong dan tidak akan tinggal gelanggang.
Demikianlah halnja dengan kakaknja Sang Bima, hanja tjara prihatin dari Bima lain adanja, karena Sang Bima gagah-perkasa. Meskipun „ditipu” oleh Durna, ta' seganlah Sang Arja Werkudara, dan berangkatlah ia. Semuanja jang menghalanginja ditendang, dibekuk, dibanting hingga ditepi samodra daja djuapun Bima tidak mundur, ia terdjun meski ia sampai mati digelombang djua. Ketika Bima masuk dan sampai dipusat samodra daja tadi, ia berdjumpa dengan Dewa Rutji. Pada saat itu prihatin Sang Bima agak sudah sampai kepuntjaknja. Hati pedih telah tjukup dan jang didapatkan tiada lain melainkan rasa amat indah, amat sutji murni. Ini berarti bahwa Sang Bima sudah tjukup menjiapkan dirinja untuk nantinja membasmi kuman2 atau kotornja dunia.
Betapakah kita? Kitapun masih mengalami Bratajuda. Djika bukan Bratajuda lahir, setidak-tidaknja Bratajuda batin. Kitapun harus siap bersedia, prihatin, sekarang djuga! Semua serentak harus ikut serta, meski belum seperti Ardjuna Bima, belum Mintaraga belum sampai ke Dewa Rutji, tetapi djika bisa prihatin menahan nafsu2, bisa prihatin djangan sampai menerdjang kesusilakan sudah lumajanlah. Tunggulah dengan perdjandjian akan ikut. Setidak-tidaknja djanganlah mengganggu atau mendjadi goda sendiri!