Halaman:Ksatrya.pdf/19

Halaman ini telah diuji baca
PAMRIH

KATA tersebut adalah kata pindjaman, karena dalam bahasa Indonesia, kini belum kami djumpai.

Dalam bahasa Indonesia memang ada beberapa kata „pamrih” itu misalnja: pengharapan, niat, maksud, hadjat, hasrat, keinginan, kehendak, kemauan dll. sbg. Akan tetapi karena tiada jang dapat melukiskan dengan tepatnja, maka terpaksalah kami memperkosa menjadjikan kata „pamrih” sadja.

Djika kami bandingkan antara kata „maksud” dgn „pamrih” maka maksud itu boleh djuga tertampak, malah tidak berkeberatan diketahui orang, sedangkan „pamrih” itu biasanja bersembunji.

Maka oleh karenanja, „pamrih” itu mempunjai, arti istimewa. Meskipun kata pamrih itu bukan kata Indonesia, ada harapan kelak mendapat pengesjahan mendjadi kata Indonesia, karena keistimewaannja itu.

Djika diterdjemahkan kata „pamrih” itu ialah: nafsu mengha-rap-ha-rap-agar-supaja . . . . „Nah, agar - supaja inilah jang pada galibnja memberi sifat istimewa pada pamrih itu, karena orang jang menerdjang rasa pamrih itu, pastilah mengharap-harap-agar-supaja . . . . . senang sendiri, untung sendiri, pendek kata sepi sekali dari pada sifat pengorbanan dirinja sendiri. Demikianlah pamrih !

Djadi sifat pamrih itu sangat berbahaja. Oleh karenanja, bagi seorang jang ingin mentjapai tingkatan Ksatrya-gemblengan, haruslah ia sepi „pamrih”.

Djanganlah salah tangkap, sepi pamrih itu bukanlah berarti sepikarsa (sepi-karep). Karsa masih djuga, bahkan harus berkobar-kobar, karena karsa itulah jang mendjadi dorongan korban sedjati.

Dulu sudah kita paparkan dengan buah mantram hal kata korban, jaitu memberi-menerima-untuk diberikan-lagi. Adapun pamrih itu bertentangan sekali dengan kata korban. Pamrih mengandung mantram agar-supaja-menerima sadja, atau tida-usah-memberi-tetapi-ingin-menerima-sadja Dan kerap kali agar-supaja-menerima tadi diselubu-

23