DJIKA seorang Ksatrya gemblengan sudah dapat memenuhi sjarat2 Kesusilaan, sanggup berkorban, sudah melatih diri dengan prihatin, sudah bersumpah setia, akan bertindak adil, berlaku kasar-alus dan dalam hatinja se pi-pamrih; maka tambahilah lagi hendaknja dengan suatu sifat jang harus dipegang teguh djuga, jaitu sifat djudjur.
Perkataan djudjur mengandung arti lempeng. Memang barang sesuatu jang lempeng itu lebih sedap dipandang mata dari pada sesuatu jang bengkok, ketjuali, djika keperluan itu istimewa minta barang jang harus bengkok. Akan tetapi untuk keperluan terhadap tudjuan atau arah jg. tertentu, maka pentinglah mempergunakan alat jang lurus, mitsalnja mistar, laras-senapan, sumpit, tongkak dsb.
Djikalau kata lurus itu diarahkan pada arti-kiasnja, maka arti kata itu mengenai batin manusia. Dan disini jang lurus hatinja; inilah jang dinamai djudjur. Djadi manusia jang dinamai djudjur itu, djika ia mempunjai hati jang tetap dan mendjalankan kewadjibannja menurut garis (mistar) jang lurus menudju kearahnja.
Dan arah itu, ialah tertib dan damainja hidup bersama-sama. Djadi tidak menengok sana-sini, pura-pura sadja pun tidak.
Sebagai djuru gambar jang ingin menggurat garis jang pertama, ia harus hati-hati menggunakan mistar dan, menarik garis jang sudah pasti, dan lempeng. Potlod, pena atau lain alat penarik harus tadjam2 dan sentausa memegangnja.
Demikian djuga seorang perdjurit jang hendak melepaskan peluru. Ia harus benar2 melalui laras senapannja diarahkan kepada musuh. Tidak boleh dengan semau-maunja sadja, karena peluru itu bisa djuga membelok hingga mengenai dadanja kawan sendiri atau bisa djuga membunuh diri sendiri.
Demikianlah halnja dengan seorang jang ingin disebut Ksatrya. Djika tidak menepati bisikan hati sedjatinja,
25