BERTURUT-TURUT sudah kami kupas sifat2 Ksatrya seperti susila, korban, prihatin, setia, adil, halus-kasar, pamrih, djudjur, laras dan perwira.
Selaras dengan sa'atnja maka kini penting agaknja kami meneropong arti kedua perkataan „eling-waspada”, jang djuga harus mendjadi bekal seorang Ksatrya. Perkataan eling adalah asing dalam bahasa Indonesia, tetapi tidak dalam bahasa2 diseluruh Djawa. Dalam bahasa Indonesia arti eling hampir sama dengan arti "ingat". Hampir sama, karena eling itu ketjuali mempunjai arti harian jang biasa, pun mengandung arti jang bersangkutan erat dengan filsafat, dengan kebatinan. Adapun kata waspada agak sudah mendjadi milik bahasa Indonesia, mesti belum lazim dipakainja, waspada berarti "awas", tetapi tidak sadja dengan mata njata, melainkan djuga dengan mata rasa. Djadi teranglah dalam waspada itu bersangkutan erat pula dengan filsafat.
Guna uraian jang mengenai djiwa Ksatrya perkenankanlah kami tetap memakai kata-kata eling-waspada. Lagi pula karena kedua kata itu tertjantum dalam kalimah kepudjanggaan jang mendengungkan sabda, bahwa orang jang dapat menangkap Rasa Bahagia itu orang jg senantiasa "eling-waspada", djadi bukan orang jang "melalai atau lali dan buta".
Oleh karena itulah penting sekali orang jang menduduki tachta Ksatrya dan sudah membawa bekal2 setia, djudjur dan lain sebagainja tahadi senantiasa memegang sekokohnja tanda atau djimat eling dan waspada. Djanganlah hendaknja ia lali alias lupa atau pura2 lupa akan djandji2, dan sifat2 jang dibawa tadi, dan djanganlah ia lalu buta alias gelap karena mata tertutup oleh matanja sendiri, jang suka melihat pada hal2 jang tiada artinja atau kosong belaka.
Bergeraknja eling ialah kearah dalam dan bekerdjanja waspada kearah luar. Eling bergerak kedalam karena jang dieling itu terletak didalam djiwanja, djiwa jang hidup dan hidup karena ada jang menghidupi. Lalai pada djandji2 itu berarti lalai pada jang memberi hidup, dan oleh karenanja haruslah dihukum seberat-beratnja, lebih2 djika pura2 lalai.
31